Panen tiba, petani desa memetik harapan
Bocah-bocah, berlari lincah di pematang sawah
Padi menguning lambai berjuta ramai dituai
Riuh berlagu lesung bertalu, irama merdu
Senja datang mereka pulang membawa harapan
Pesta pora lama di lumbung, nyanyikan tralala
Malele tempura ru menyambut tubuh
Penat raga syaraf peluh luruh
Mata belum sempat pejam, terbayang cemas
Kaum hama semakin mengganas
Friday, February 1, 2013
Potret 2
Melihat anak-anak kecil berlari-larian
Di perempatan jalan kota-kota besar
Mengejar hari yang belum dimengerti
Sambil bernyanyi riang menyambut resiko
Melihat anak-anak sekolah berkelahi
Di pusat keramaian kota-kota besar
Karena apa tak ada yang mengetahui
Sementara darah yang keluar bertambah banyak
Melihat anak-anak muda di ujung gang
Berkelompok tak ada yang dikerjakan
Selain mengeluh dan memanjakan diri
Hari esok bagaimana besok
Mendengar orang-orang pandai berdiskusi
Tentang kesempatan yang semakin sempit
Tentang kemunafikkan yang kian membelit
Tetapi tetap saja tinggal omongan
Merasa birokrat bersilat lidah
S'perti tukang obat di jalanan
Mencoba meyakinkan rakyat
Bahwa di sini seperti di surga
Tak adakah jalan ke . . . . . luar ?????
Di perempatan jalan kota-kota besar
Mengejar hari yang belum dimengerti
Sambil bernyanyi riang menyambut resiko
Melihat anak-anak sekolah berkelahi
Di pusat keramaian kota-kota besar
Karena apa tak ada yang mengetahui
Sementara darah yang keluar bertambah banyak
Melihat anak-anak muda di ujung gang
Berkelompok tak ada yang dikerjakan
Selain mengeluh dan memanjakan diri
Hari esok bagaimana besok
Mendengar orang-orang pandai berdiskusi
Tentang kesempatan yang semakin sempit
Tentang kemunafikkan yang kian membelit
Tetapi tetap saja tinggal omongan
Merasa birokrat bersilat lidah
S'perti tukang obat di jalanan
Mencoba meyakinkan rakyat
Bahwa di sini seperti di surga
Tak adakah jalan ke . . . . . luar ?????
Proyek 13
Meskipun kurang paham tentang radiasi
Meskipun kurang paham tentang uranium
Meskipun kurang paham tentang tektonium
Kutahu radioaktif panjang usia
Aku tak tahu sampahnya ada dimana
Aku tak tahu pula cara menyimpannya
Aku tak yakin tentang pengamanannya
Karena kebocoran pun ada di sana
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Aku menolak akal yang tanpa hati
Aku menolak teknologi tanpa kendali
Aku tak mau memejamkan masa depan
Demi listrik sedikit banyak keluwatan
Sama sekali ku tak mampu teknologi
Tapi aku lebih percaya pada hati
Aku tahu listrik penting buat industri
Tapi industri jangan ancam masa depan
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Meskipun kurang paham tentang uranium
Meskipun kurang paham tentang tektonium
Kutahu radioaktif panjang usia
Aku tak tahu sampahnya ada dimana
Aku tak tahu pula cara menyimpannya
Aku tak yakin tentang pengamanannya
Karena kebocoran pun ada di sana
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Aku menolak akal yang tanpa hati
Aku menolak teknologi tanpa kendali
Aku tak mau memejamkan masa depan
Demi listrik sedikit banyak keluwatan
Sama sekali ku tak mampu teknologi
Tapi aku lebih percaya pada hati
Aku tahu listrik penting buat industri
Tapi industri jangan ancam masa depan
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Puing 1
C G Am
Puing berserakan di seluruh penjuru… bekas pertempuran
C G Am F G C
Bau amis darah sisa asap mesiu sesak nafasku
Am G Am G
Mayat-mayat bergeletakan tak terkubur dengan layak
F C
Dan burung-burung bangkai menatap liar
F C
Dan burung-burung bangkai berdansa senang
C G Am
Di ujung sana banyak orang kelaparan,
C G
Ujung lainnya wabah busung menyerang
C G Am
Di sudut sana banyak orang kehilangan
C G
Sudut lainnya bayi bertanya sumbang
F G C F G C
Mama kapan ayah pulang, mama sebab apa perang
Am G Am G Am F Dm Am
Banyak jatuh korban dari mereka yang tak mengerti apa-apa
F G C
Suara tangis terdengar dari bekas reruntuhan,
Em Am
Seorang ibu muda yang baru melahirkan,
Em Am G F C
Lama meratapi sesosok tubuh mayat suaminya
F C
Dan burung-burung bangkai menatap liar
F C
Dan burung-burung bangkai berdansa senang
C G Am
Tinggi peradaban tehnologi berkembang
C G
Senjata hebat terciptakan
C Am
Sarana pembantaian smakin bisa diwujudkan
F G C
Oh ... mengerikan .....
Em Am
Berhentilah jangan salah gunakan
E Am G
Kehebatan ilmu pengetahuan
F G C
Untuk menghancurkan
F C
Dan burung-burung bangkai menatap liar
F C
Dan burung-burung bangkai berdansa senang
Puing berserakan di seluruh penjuru… bekas pertempuran
C G Am F G C
Bau amis darah sisa asap mesiu sesak nafasku
Am G Am G
Mayat-mayat bergeletakan tak terkubur dengan layak
F C
Dan burung-burung bangkai menatap liar
F C
Dan burung-burung bangkai berdansa senang
C G Am
Di ujung sana banyak orang kelaparan,
C G
Ujung lainnya wabah busung menyerang
C G Am
Di sudut sana banyak orang kehilangan
C G
Sudut lainnya bayi bertanya sumbang
F G C F G C
Mama kapan ayah pulang, mama sebab apa perang
Am G Am G Am F Dm Am
Banyak jatuh korban dari mereka yang tak mengerti apa-apa
F G C
Suara tangis terdengar dari bekas reruntuhan,
Em Am
Seorang ibu muda yang baru melahirkan,
Em Am G F C
Lama meratapi sesosok tubuh mayat suaminya
F C
Dan burung-burung bangkai menatap liar
F C
Dan burung-burung bangkai berdansa senang
C G Am
Tinggi peradaban tehnologi berkembang
C G
Senjata hebat terciptakan
C Am
Sarana pembantaian smakin bisa diwujudkan
F G C
Oh ... mengerikan .....
Em Am
Berhentilah jangan salah gunakan
E Am G
Kehebatan ilmu pengetahuan
F G C
Untuk menghancurkan
F C
Dan burung-burung bangkai menatap liar
F C
Dan burung-burung bangkai berdansa senang
Puing 2
Em F#/D G C F#/D G Am G F Em D Em
Perang-perang lagi semakin menjadi, berita ini hari berita jerit pengungsi
Em F#/D G C F#/D G
Lidah anjing kerempeng, berdecak keras beringas
Am G F Em D Em
Melihat tulang belulang, serdadu boneka yang malang
Em F#/D G C F#/D G
Tuan tolonglah tuan, perang dihentikan
Am G F Am D Em
Lihatlah di tanah yang basah, air mata bercampur darah
Em F#/D G C F#/D G
Bosankah telinga tuan, mendengar teriak dendam
Am G F Em D Em
Jemukah hidung tuan, mencium amis jantung korban
D Am C G Am
Jejak kaki para pengungsi, bercengkrama dengan derita
Em F Em
Jejak kaki para pengungsi, bercerita pada penguasa, bercerita pada penguasa
Bm C
Tentang ternaknya yang mati
Bm C
Tentang temannya yang mati
Bm C
Tentang adiknya yang mati
Bm C
Tentang abangnya yang mati
Bm C
Tentang ayahnya yang mati
Bm C
Tentang anaknya yang mati
Bm C
Tentang pacarnya yang mati
Bm C
Tentang istrinya yang mati
Bm C
Tentang ibunya yang mati
Bm C D G
Tentang harapannya yang mati
Em F#/D G C F#/D G
Perang-perang lagi mungkinkah berhenti
Am G F Em D Em
Bila setiap negara berlomba dekap senjata
Em F#/D G C F#/D G
Dengan nafsu yang makin menggila nuklir bagai dewa
Am G F Em D Em
Nampaknya sang jendral bangga di mimbar ia berkata,
Bm C Bm C Bm C Bm C
Untuk perdamaian, demi perdamaian, guna perdamaian, dalih perdamaian
Bm C Bm C Bm C
Mana mungkin, semua bisa terwujudkan, semua hanya alasan
Bm C
Semua hanya bohong besar...
Perang-perang lagi semakin menjadi, berita ini hari berita jerit pengungsi
Em F#/D G C F#/D G
Lidah anjing kerempeng, berdecak keras beringas
Am G F Em D Em
Melihat tulang belulang, serdadu boneka yang malang
Em F#/D G C F#/D G
Tuan tolonglah tuan, perang dihentikan
Am G F Am D Em
Lihatlah di tanah yang basah, air mata bercampur darah
Em F#/D G C F#/D G
Bosankah telinga tuan, mendengar teriak dendam
Am G F Em D Em
Jemukah hidung tuan, mencium amis jantung korban
D Am C G Am
Jejak kaki para pengungsi, bercengkrama dengan derita
Em F Em
Jejak kaki para pengungsi, bercerita pada penguasa, bercerita pada penguasa
Bm C
Tentang ternaknya yang mati
Bm C
Tentang temannya yang mati
Bm C
Tentang adiknya yang mati
Bm C
Tentang abangnya yang mati
Bm C
Tentang ayahnya yang mati
Bm C
Tentang anaknya yang mati
Bm C
Tentang pacarnya yang mati
Bm C
Tentang istrinya yang mati
Bm C
Tentang ibunya yang mati
Bm C D G
Tentang harapannya yang mati
Em F#/D G C F#/D G
Perang-perang lagi mungkinkah berhenti
Am G F Em D Em
Bila setiap negara berlomba dekap senjata
Em F#/D G C F#/D G
Dengan nafsu yang makin menggila nuklir bagai dewa
Am G F Em D Em
Nampaknya sang jendral bangga di mimbar ia berkata,
Bm C Bm C Bm C Bm C
Untuk perdamaian, demi perdamaian, guna perdamaian, dalih perdamaian
Bm C Bm C Bm C
Mana mungkin, semua bisa terwujudkan, semua hanya alasan
Bm C
Semua hanya bohong besar...
Sang Petualang
Kau biru begitu lapar, dan gelombang menghalau desah
Petualang bergerak-gerak, melihat diri untuk pergi lagi
Diam sejenak, hanya sejenak, yang membelah semua luka
Yang secercah, hanya secercah, dia merintih pada samodra
Sebebas jalan kau berteriak, setabah nelayan menembus badai
Selintas jalan menunggu ombak, seperti lautan engkau bersikap
Petualang merasa (sedih merasa) sunyi sendiri (di kelam hari)
Petualang jatuh terkulai (terkapar), namun semangatmu masih berkobar
Petualang jatuh terkulai, namun semangatmu bagai makna
Ya, sang petualang terjaga, ya, sang petualang bergerak
Ya, sang petualang terkapar, ya, sang petualang sendiri
Petualang bergerak-gerak, melihat diri untuk pergi lagi
Diam sejenak, hanya sejenak, yang membelah semua luka
Yang secercah, hanya secercah, dia merintih pada samodra
Sebebas jalan kau berteriak, setabah nelayan menembus badai
Selintas jalan menunggu ombak, seperti lautan engkau bersikap
Petualang merasa (sedih merasa) sunyi sendiri (di kelam hari)
Petualang jatuh terkulai (terkapar), namun semangatmu masih berkobar
Petualang jatuh terkulai, namun semangatmu bagai makna
Ya, sang petualang terjaga, ya, sang petualang bergerak
Ya, sang petualang terkapar, ya, sang petualang sendiri
Sangkala
Kau biru begitu lapar, dan gelombang menghalau desah
Petualang bergerak-gerak, melihat diri untuk pergi lagi
Diam sejenak, hanya sejenak, yang membelah semua luka
Yang secercah, hanya secercah, dia merintih pada samodra
Sebebas jalan kau berteriak, setabah nelayan menembus badai
Selintas jalan menunggu ombak, seperti lautan engkau bersikap
Petualang merasa (sedih merasa) sunyi sendiri (di kelam hari)
Petualang jatuh terkulai (terkapar), namun semangatmu masih berkobar
Petualang jatuh terkulai, namun semangatmu bagai makna
Ya, sang petualang terjaga, ya, sang petualang bergerak
Ya, sang petualang terkapar, ya, sang petualang sendiri
Petualang bergerak-gerak, melihat diri untuk pergi lagi
Diam sejenak, hanya sejenak, yang membelah semua luka
Yang secercah, hanya secercah, dia merintih pada samodra
Sebebas jalan kau berteriak, setabah nelayan menembus badai
Selintas jalan menunggu ombak, seperti lautan engkau bersikap
Petualang merasa (sedih merasa) sunyi sendiri (di kelam hari)
Petualang jatuh terkulai (terkapar), namun semangatmu masih berkobar
Petualang jatuh terkulai, namun semangatmu bagai makna
Ya, sang petualang terjaga, ya, sang petualang bergerak
Ya, sang petualang terkapar, ya, sang petualang sendiri
Satu-Satu
Satu satu daun berguguran, jatuh ke bumi dimakan usia
Tak tertengar tangis tak terdengar tawa, redalah, reda......
Satu satu tunas muda bersemi, mengisi hidup gantikan yang tua
Tak terdengar tangis tak terdengar tawa, redalah, reda....
Waktu terus bergulir, semuanya mesti terjadi
Daun daun berguguran, tunas tunas muda bersemi
Satu satu daun jatuh ke bumi, satu satu tunas muda bersemi
Tak guna menangis tak guna tertawa, redalah, reda....
Waktu terus bergulir, kita kan pergi dan ditinggal pergi
Redalah tangis redalah tawa, tunas tunas muda bersemi
Waktu terus bergulir, semuanya mesti terjadi
Daun daun berguguran, tunas tunas muda bersemi
Tak tertengar tangis tak terdengar tawa, redalah, reda......
Satu satu tunas muda bersemi, mengisi hidup gantikan yang tua
Tak terdengar tangis tak terdengar tawa, redalah, reda....
Waktu terus bergulir, semuanya mesti terjadi
Daun daun berguguran, tunas tunas muda bersemi
Satu satu daun jatuh ke bumi, satu satu tunas muda bersemi
Tak guna menangis tak guna tertawa, redalah, reda....
Waktu terus bergulir, kita kan pergi dan ditinggal pergi
Redalah tangis redalah tawa, tunas tunas muda bersemi
Waktu terus bergulir, semuanya mesti terjadi
Daun daun berguguran, tunas tunas muda bersemi
Semoga Saja Kau Benar
Berbondong-bondong orang cumbui angan dibibir pelabuhan....
Tinggalkan tanah lahir desa tercinta menuju pulau sura...
Selamat tinggal semua bukan aku tak cinta
Tiada lagi tersisa...bahkan mimpi kubawa
(Isak tangisan bayi dalam gendongan tak goyahkan lamunan)
(Kaum suri) kapal jangkar diangkat segeralah berlayar....
Selamat tinggal semua bukan aku tak cinta
Tiada lagi tersisa...bahkan mimpi kubawa
Perlahan-lahan kapal jauhi tepi, malas mengangkut mimpi
Mercusuar dermaga dan burung camar
Selamat jalan kawan....bukan aku tak cinta
Mungkin saja kau benar.....s'moga saja kau benar
Tinggalkan tanah lahir desa tercinta menuju pulau sura...
Selamat tinggal semua bukan aku tak cinta
Tiada lagi tersisa...bahkan mimpi kubawa
(Isak tangisan bayi dalam gendongan tak goyahkan lamunan)
(Kaum suri) kapal jangkar diangkat segeralah berlayar....
Selamat tinggal semua bukan aku tak cinta
Tiada lagi tersisa...bahkan mimpi kubawa
Perlahan-lahan kapal jauhi tepi, malas mengangkut mimpi
Mercusuar dermaga dan burung camar
Selamat jalan kawan....bukan aku tak cinta
Mungkin saja kau benar.....s'moga saja kau benar
Serenade
Aku ingin nyanyikan lagu
Buat orang orang yang tertindas
Hidup di alam bebas
Dengan jiwa yang terpapas
Dengan jiwa yang terpapas
Kenapa harus takut pada matahari ?
Kepalkan tangan dan halau setiap panasnya
Kenapa harus takut pada malam hari ?
Nyalakan api dalam hati usir segala kelamnya
Aku ingin nyanyikan lagu
Bagi kaum kaum yang terbuang
Kehilangan semangat juang
Terlena dalam mimpi panjang
Ditengah hidup yang bimbang
Kenapa harus takut pada matahari ?
Kepalkan tangan dan halau setiap panasnya
Kenapa harus takut pada malam hari ?
Nyalakan api dalam hati usir segala kelamnya
Di lorong lorong lorong jalan
Di kolong kolong kolong jembatan
Di kaki kaki kaki lima
Di bawah menara
Kau masih mendekap derita
Kau masih mendekap derita
Aku ingin nyanyikan lagu
Tanpa kemiskinan dan kemunafikan
Tanpa air mata dan kesengsaraan
Agar dapat melihat surga
Agar dapat melihat surga
Kenapa harus takut pada matahari ?
Kepalkan tangan dan halau setiap panasnya
Kenapa harus takut pada malam hari ?
Nyalakan api dalam hati usir segala kelamnya
Buat orang orang yang tertindas
Hidup di alam bebas
Dengan jiwa yang terpapas
Dengan jiwa yang terpapas
Kenapa harus takut pada matahari ?
Kepalkan tangan dan halau setiap panasnya
Kenapa harus takut pada malam hari ?
Nyalakan api dalam hati usir segala kelamnya
Aku ingin nyanyikan lagu
Bagi kaum kaum yang terbuang
Kehilangan semangat juang
Terlena dalam mimpi panjang
Ditengah hidup yang bimbang
Kenapa harus takut pada matahari ?
Kepalkan tangan dan halau setiap panasnya
Kenapa harus takut pada malam hari ?
Nyalakan api dalam hati usir segala kelamnya
Di lorong lorong lorong jalan
Di kolong kolong kolong jembatan
Di kaki kaki kaki lima
Di bawah menara
Kau masih mendekap derita
Kau masih mendekap derita
Aku ingin nyanyikan lagu
Tanpa kemiskinan dan kemunafikan
Tanpa air mata dan kesengsaraan
Agar dapat melihat surga
Agar dapat melihat surga
Kenapa harus takut pada matahari ?
Kepalkan tangan dan halau setiap panasnya
Kenapa harus takut pada malam hari ?
Nyalakan api dalam hati usir segala kelamnya
Siang Seberang Istana
Em
Seorang anak kecil bertubuh dekil
Bm C Em
Bm C Em
Tertidur berbantal sebelah lengan
D C Em
D C Em
Berselimut debu jalanan
Em
Rindang pohon jalan, menunggu rela
Bm C Em
Em
Rindang pohon jalan, menunggu rela
Bm C Em
Kawan setia sehabis bekerja
D C Em
D C Em
Siang di sebrang sebuah istana
D C Em
D C Em
Siang di sebrang istana sang raja
C D G F# Em
Kotak semir mungil dan sangat dekil
C D G F# Em
C D G F# Em
Kotak semir mungil dan sangat dekil
C D G F# Em
Benteng rapuh dari lapar memanggil
C D G F# Em
C D G F# Em
Gardu dan mata para pe nja ga
C D F Em
C D F Em
Saksi nyata... yang sudah terbiasa
Em
Tamu negara tampak terpesona
Bm C Em
Em
Tamu negara tampak terpesona
Bm C Em
Mengelus dada gelengkan kepala
D C Em
D C Em
Saksikan perbedaaan yang ada
C D G F# Em
Sombong melangkah istana yang megah
C D G F# Em
C D G F# Em
Sombong melangkah istana yang megah
C D G F# Em
Seakan meludah di atas tubuh yang resah
C D G F# Em
C D G F# Em
Ribuan jerit di depan hidungmu
C D F Em
C D F Em
Namun yang ku tau... tak merasa mengganggu
Sumbang
Kuatnya
belenggu besi
Mengikat
kedua kaki
Tajamnya
ujung belati
Menujam
di uluhati
Sanggupkah
teriakkan lari
Walau
akhirnya pasti
Em
Di
kepala tanpa baja
Em
Di
tangan tanpa senjata
D
Em
Ah itu
soal biasa
D Em
Yang
singgah di depan mata kita
C
D
Lusuhnya
kain bendera di halaman rumah kita
C Em
Bukan
satu alasan untuk kita tinggalkan
C D
Banyaknya
persoalan yang datang tak kenal kasihan
Em
Menyerang
dalam gelap
F Em
Memburu
dengan haru dengan cara main kayu
F Em
Tinggalkan
bekas biru lalu pergi tanpa ragu
F Em
Memburu
dengan haru dengan cara main kayu
F Em
Tinggalkan
bekas biru lalu pergi tanpa ragu
Em C Em
Setan-setan
politik yang datang mencekik
Em C Em
Walau
di masa paceklik tetap mencekik
C D
Apakah
selamanya politik itu kejam
C Em
Apakah
selamanya tiada sanggup menghantam
C D
Ataukah
memang itu yang sudah digariskan
Em
Em Em
Penjilat...
Penghasut... Penindas...
F Em
Pemerkosa
hak-hak sewajarnya
Em
Maling
teriak maling, sembunyi balik dinding
D Em
Mengejut,
lari terkencing-kencing
Em
Tikam
dari belakang, lawan lengah diterjang
Em
D Em
Lalu
sibuk (kasak-kusuk) mencari kambing hitam
C Am
Selusin
kepala tak berdosa
C Em
Berteriak
hingga selang didalam negeri yang congkak
Sugali
D
G A
Sua..sua..sua..suara
berita, tertulis dalam koran
D
G
Tentang
seorang lelaki, yang sering keluar masuk bui
D
A D
Jadi
buronan polisi
D
G
A
Dar..der..dor..suara
senapan, Sugali anggap petasan
D
G
Tiada
rasa ketakutan, punya ilmu kebal senapan
D
A D
Smakin
lupa daratan
Bm
G A
D
Lihat
Sugali menari, di lokasi WTS kelas teri
Bm
G
A
D
Asyik
lembur sampai pagi, usai garong hambur buah peduli setan
(Asyik
joget sampai lecet, genit gitik cewek binal paling busyet !)
Dig..dig..dug...dig.dug.dag.dig.dug...
dig..dig..dug...dig..dug..dug...
Dig..dig..dug...dig.dug.dag.dig.dug...
dig.dug.dag.dig.dug.dig.dag.dug...
G
A
G
A
Ramai
gunjing tentang dirimu, yang tak juga hinggap rasa jemu
G
Bm A
Suram
hari depanmu
G
A
G
A
Rasa
was-was mata beringas, menunggu datang peluru yang panas
G
Bm A
Di waktu
hari naas
O bisnis jangkrik di tengah malam,
tenggelam dalam suara letusan
Kata berita dimana-mana, tentang Sugali
tak tenang lagi
Dan lari sembunyi
Sudah Berlalu
B
D#7
Mungkin sudah berlalu
G#m
F#m E
Bersama redup senja
B
D#7
Kita bukanlah satu
G#m
F#m E
Ku tak lagi kau puja
C#m7
D#7
Kini tak akan lagi
C#m7
B A
Kuharap indah mimpi
B
G#m
Bila tak kau resapi
C#m
F
Cinta hanya 'tuk dua hati
G#m
F# C#m
Jangan lagi ucap janji
C#m
F# E Em
Bila hanya kau ingkari
Subscribe to:
Posts (Atom)