Friday, February 1, 2013

Potret Panen + Mimpi Wereng

Panen tiba, petani desa memetik harapan
Bocah-bocah, berlari lincah di pematang sawah

Padi menguning lambai berjuta ramai dituai
Riuh berlagu lesung bertalu, irama merdu

Senja datang mereka pulang membawa harapan
Pesta pora lama di lumbung, nyanyikan tralala

Malele tempura ru menyambut tubuh
Penat raga syaraf peluh luruh

Mata belum sempat pejam, terbayang cemas
Kaum hama semakin mengganas

Potret 2

Melihat anak-anak kecil berlari-larian
Di perempatan jalan kota-kota besar
Mengejar hari yang belum dimengerti
Sambil bernyanyi riang menyambut resiko
Melihat anak-anak sekolah berkelahi
Di pusat keramaian kota-kota besar
Karena apa tak ada yang mengetahui
Sementara darah yang keluar bertambah banyak
Melihat anak-anak muda di ujung gang
Berkelompok tak ada yang dikerjakan
Selain mengeluh dan memanjakan diri
Hari esok bagaimana besok
Mendengar orang-orang pandai berdiskusi
Tentang kesempatan yang semakin sempit
Tentang kemunafikkan yang kian membelit
Tetapi tetap saja tinggal omongan
Merasa birokrat bersilat lidah
S'perti tukang obat di jalanan
Mencoba meyakinkan rakyat
Bahwa di sini seperti di surga
Tak adakah jalan ke . . . . . luar ?????

Proyek 13

Meskipun kurang paham tentang radiasi
Meskipun kurang paham tentang uranium
Meskipun kurang paham tentang tektonium
Kutahu radioaktif panjang usia
Aku tak tahu sampahnya ada dimana
Aku tak tahu pula cara menyimpannya
Aku tak yakin tentang pengamanannya
Karena kebocoran pun ada di sana
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi

Aku menolak akal yang tanpa hati
Aku menolak teknologi tanpa kendali
Aku tak mau memejamkan masa depan
Demi listrik sedikit banyak keluwatan
Sama sekali ku tak mampu teknologi
Tapi aku lebih percaya pada hati
Aku tahu listrik penting buat industri
Tapi industri jangan ancam masa depan

Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi

Puing 1

C G Am
Puing berserakan di seluruh penjuru… bekas pertempuran
C G Am F G C
Bau amis darah sisa asap mesiu sesak nafasku

Am G Am G
Mayat-mayat bergeletakan tak terkubur dengan layak
F C
Dan burung-burung bangkai menatap liar
F C
Dan burung-burung bangkai berdansa senang

C G Am
Di ujung sana banyak orang kelaparan,
C G
Ujung lainnya wabah busung menyerang
C G Am
Di sudut sana banyak orang kehilangan
C G
Sudut lainnya bayi bertanya sumbang
F G C F G C
Mama kapan ayah pulang, mama sebab apa perang

Am G Am G Am F Dm Am
Banyak jatuh korban dari mereka yang tak mengerti apa-apa
F G C
Suara tangis terdengar dari bekas reruntuhan,
Em Am
Seorang ibu muda yang baru melahirkan,
Em Am G F C
Lama meratapi sesosok tubuh mayat suaminya
F C
Dan burung-burung bangkai menatap liar
F C
Dan burung-burung bangkai berdansa senang

C G Am
Tinggi peradaban tehnologi berkembang
C G
Senjata hebat terciptakan
C Am
Sarana pembantaian smakin bisa diwujudkan
F G C
Oh ... mengerikan .....


Em Am
Berhentilah jangan salah gunakan
E Am G
Kehebatan ilmu pengetahuan
F G C
Untuk menghancurkan

F C
Dan burung-burung bangkai menatap liar
F C
Dan burung-burung bangkai berdansa senang

Puing 2

Em F#/D G C F#/D G Am G F Em D Em
Perang-perang lagi semakin menjadi, berita ini hari berita jerit pengungsi
Em F#/D G C F#/D G
Lidah anjing kerempeng, berdecak keras beringas
Am G F Em D Em
Melihat tulang belulang, serdadu boneka yang malang
Em F#/D G C F#/D G
Tuan tolonglah tuan, perang dihentikan
Am G F Am D Em
Lihatlah di tanah yang basah, air mata bercampur darah
Em F#/D G C F#/D G
Bosankah telinga tuan, mendengar teriak dendam
Am G F Em D Em
Jemukah hidung tuan, mencium amis jantung korban
D Am C G Am
Jejak kaki para pengungsi, bercengkrama dengan derita
Em F Em
Jejak kaki para pengungsi, bercerita pada penguasa, bercerita pada penguasa

Bm C
Tentang ternaknya yang mati
Bm C
Tentang temannya yang mati
Bm C
Tentang adiknya yang mati
Bm C
Tentang abangnya yang mati
Bm C
Tentang ayahnya yang mati
Bm C
Tentang anaknya yang mati
Bm C
Tentang pacarnya yang mati
Bm C
Tentang istrinya yang mati
Bm C
Tentang ibunya yang mati
Bm C D G
Tentang harapannya yang mati

Em F#/D G C F#/D G
Perang-perang lagi mungkinkah berhenti
Am G F Em D Em
Bila setiap negara berlomba dekap senjata
Em F#/D G C F#/D G
Dengan nafsu yang makin menggila nuklir bagai dewa
Am G F Em D Em
Nampaknya sang jendral bangga di mimbar ia berkata,
Bm C Bm C Bm C Bm C
Untuk perdamaian, demi perdamaian, guna perdamaian, dalih perdamaian
Bm C Bm C Bm C
Mana mungkin, semua bisa terwujudkan, semua hanya alasan
Bm C
Semua hanya bohong besar...

Sang Petualang

Kau biru begitu lapar, dan gelombang menghalau desah
Petualang bergerak-gerak, melihat diri untuk pergi lagi
Diam sejenak, hanya sejenak, yang membelah semua luka
Yang secercah, hanya secercah, dia merintih pada samodra
Sebebas jalan kau berteriak, setabah nelayan menembus badai
Selintas jalan menunggu ombak, seperti lautan engkau bersikap
Petualang merasa (sedih merasa) sunyi sendiri (di kelam hari)
Petualang jatuh terkulai (terkapar), namun semangatmu masih berkobar
Petualang jatuh terkulai, namun semangatmu bagai makna
Ya, sang petualang terjaga, ya, sang petualang bergerak
Ya, sang petualang terkapar, ya, sang petualang sendiri

Sangkala

Kau biru begitu lapar, dan gelombang menghalau desah
Petualang bergerak-gerak, melihat diri untuk pergi lagi
Diam sejenak, hanya sejenak, yang membelah semua luka
Yang secercah, hanya secercah, dia merintih pada samodra
Sebebas jalan kau berteriak, setabah nelayan menembus badai
Selintas jalan menunggu ombak, seperti lautan engkau bersikap
Petualang merasa (sedih merasa) sunyi sendiri (di kelam hari)
Petualang jatuh terkulai (terkapar), namun semangatmu masih berkobar
Petualang jatuh terkulai, namun semangatmu bagai makna
Ya, sang petualang terjaga, ya, sang petualang bergerak
Ya, sang petualang terkapar, ya, sang petualang sendiri

Satu-Satu

Satu satu daun berguguran, jatuh ke bumi dimakan usia
Tak tertengar tangis tak terdengar tawa, redalah, reda......
Satu satu tunas muda bersemi, mengisi hidup gantikan yang tua
Tak terdengar tangis tak terdengar tawa, redalah, reda....
Waktu terus bergulir, semuanya mesti terjadi
Daun daun berguguran, tunas tunas muda bersemi

Satu satu daun jatuh ke bumi, satu satu tunas muda bersemi
Tak guna menangis tak guna tertawa, redalah, reda....
Waktu terus bergulir, kita kan pergi dan ditinggal pergi
Redalah tangis redalah tawa, tunas tunas muda bersemi

Waktu terus bergulir, semuanya mesti terjadi
Daun daun berguguran, tunas tunas muda bersemi

Semoga Saja Kau Benar

Berbondong-bondong orang cumbui angan dibibir pelabuhan....
Tinggalkan tanah lahir desa tercinta menuju pulau sura...
Selamat tinggal semua bukan aku tak cinta
Tiada lagi tersisa...bahkan mimpi kubawa
(Isak tangisan bayi dalam gendongan tak goyahkan lamunan)

(Kaum suri) kapal jangkar diangkat segeralah berlayar....
Selamat tinggal semua bukan aku tak cinta
Tiada lagi tersisa...bahkan mimpi kubawa
Perlahan-lahan kapal jauhi tepi, malas mengangkut mimpi
Mercusuar dermaga dan burung camar
Selamat jalan kawan....bukan aku tak cinta
Mungkin saja kau benar.....s'moga saja kau benar

Serenade

Aku ingin nyanyikan lagu
Buat orang orang yang tertindas
Hidup di alam bebas
Dengan jiwa yang terpapas
Dengan jiwa yang terpapas

Kenapa harus takut pada matahari ?
Kepalkan tangan dan halau setiap panasnya
Kenapa harus takut pada malam hari ?
Nyalakan api dalam hati usir segala kelamnya

Aku ingin nyanyikan lagu
Bagi kaum kaum yang terbuang
Kehilangan semangat juang
Terlena dalam mimpi panjang
Ditengah hidup yang bimbang

Kenapa harus takut pada matahari ?
Kepalkan tangan dan halau setiap panasnya
Kenapa harus takut pada malam hari ?
Nyalakan api dalam hati usir segala kelamnya

Di lorong lorong lorong jalan
Di kolong kolong kolong jembatan
Di kaki kaki kaki lima
Di bawah menara
Kau masih mendekap derita
Kau masih mendekap derita

Aku ingin nyanyikan lagu
Tanpa kemiskinan dan kemunafikan
Tanpa air mata dan kesengsaraan
Agar dapat melihat surga
Agar dapat melihat surga

Kenapa harus takut pada matahari ?
Kepalkan tangan dan halau setiap panasnya
Kenapa harus takut pada malam hari ?
Nyalakan api dalam hati usir segala kelamnya

Siang Seberang Istana


Em
Seorang anak kecil bertubuh dekil
     Bm                     C         Em
Tertidur berbantal sebelah lengan
      D            C       Em
Berselimut debu jalanan
      Em
Rindang pohon jalan, menunggu rela
     Bm                C           Em
Kawan setia sehabis bekerja
   D            C                Em
Siang di sebrang sebuah istana
   D            C               Em
Siang di sebrang istana sang raja
     C       D              G       F#     Em
Kotak semir mungil dan sangat dekil
     C         D          G      F#       Em
Benteng rapuh dari lapar memanggil
      C         D        G       F# Em
Gardu dan mata para pe nja  ga
      C     D     F                        Em
Saksi nyata... yang sudah terbiasa
Em
Tamu negara tampak terpesona
      Bm                      C           Em
Mengelus dada gelengkan kepala
      D           C                  Em
Saksikan perbedaaan yang ada
       C                 D        G  F#        Em
Sombong melangkah istana yang megah
      C            D             G      F#        Em
Seakan meludah di atas tubuh yang resah
    C       D         G       F#      Em
Ribuan jerit di depan hidungmu
     C                 D      F                             Em
Namun yang ku tau... tak merasa mengganggu

Sumbang



Kuatnya belenggu besi
Mengikat kedua kaki
Tajamnya ujung belati
Menujam di uluhati
Sanggupkah teriakkan lari
Walau akhirnya pasti
 
      Em
Di kepala tanpa baja
       Em
Di tangan tanpa senjata
     D        Em
Ah itu soal biasa
          D                 Em
Yang singgah di depan mata kita

   C                      D
Lusuhnya kain bendera di halaman rumah kita
       C                 Em
Bukan satu alasan untuk kita tinggalkan
    C                       D
Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan
    Em
Menyerang dalam gelap
 
    F                       Em
Memburu dengan haru dengan cara main kayu
    F                       Em
Tinggalkan bekas biru lalu pergi tanpa ragu
    F                       Em
Memburu dengan haru dengan cara main kayu
    F                       Em
Tinggalkan bekas biru lalu pergi tanpa ragu
 
       Em                 C           Em
Setan-setan politik yang datang mencekik
          Em            C          Em
Walau di masa paceklik tetap mencekik
 
  C                   D
Apakah selamanya politik itu kejam
  C                     Em
Apakah selamanya tiada sanggup menghantam
  C                        D
Ataukah memang itu yang sudah digariskan
    Em           Em         Em
Penjilat... Penghasut... Penindas...
   F                       Em
Pemerkosa hak-hak sewajarnya

Em
Maling teriak maling, sembunyi balik dinding
      D                       Em
Mengejut, lari terkencing-kencing
Em
Tikam dari belakang, lawan lengah diterjang
   Em   D                                   Em
Lalu sibuk (kasak-kusuk) mencari kambing hitam
 
   C                Am
Selusin kepala tak berdosa
    C                      Em
Berteriak hingga selang didalam negeri yang congkak
 
Lalu senang dalam tertawa (ya..ha...ha.....hu..hu...)

Sugali


D                                             G           A
Sua..sua..sua..suara berita, tertulis dalam koran
D                                            G 
Tentang seorang lelaki, yang sering keluar masuk bui
D        A            D
Jadi buronan polisi
 
D                                                  G               A
Dar..der..dor..suara senapan, Sugali anggap petasan
     D                                   G
Tiada rasa ketakutan, punya ilmu kebal senapan
  D       A            D
Smakin lupa daratan
Bm                                G          A            D
Lihat Sugali menari, di lokasi WTS kelas teri
Bm                                          G                     A               D
Asyik lembur sampai pagi, usai garong hambur buah peduli setan
(Asyik joget sampai lecet, genit gitik cewek binal paling busyet !)
Dig..dig..dug...dig.dug.dag.dig.dug... dig..dig..dug...dig..dug..dug...
 
Dig..dig..dug...dig.dug.dag.dig.dug... dig.dug.dag.dig.dug.dig.dag.dug...
           G                       A                   G                    A
Ramai gunjing tentang dirimu, yang tak juga hinggap rasa jemu
G        Bm     A
Suram hari depanmu
 
         G                       A                        G                   A
Rasa was-was mata beringas, menunggu datang peluru yang panas
G            Bm  A 
Di waktu hari  naas

O bisnis jangkrik di tengah malam, tenggelam dalam suara letusan
Kata berita dimana-mana, tentang Sugali tak tenang lagi
Dan lari sembunyi

Sudah Berlalu


B                    D#7
Mungkin sudah berlalu
G#m         F#m     E
Bersama redup senja
B                    D#7
Kita bukanlah satu
G#m        F#m     E
Ku tak lagi kau puja
C#m7        D#7
Kini tak akan lagi
C#m7        B         A
Kuharap indah mimpi
B                    G#m
Bila tak kau resapi
C#m                        F
Cinta hanya 'tuk dua hati
G#m        F#        C#m
Jangan lagi ucap janji
C#m        F#        E    Em
Bila hanya kau ingkari