Wednesday, October 3, 2012

Makna Cublek-Cublek Suwung

Ada sebuah tempat, dimana tempat tersebut menyimpan harta yang sangat berharga (Cublak-cublak suweng). Namun walaupun ada tempatnya, harta yang sangat berharga tersebut tercecer dimana-mana, terdapat dimana-mana (suwenge teng gelenter).
Disini menjadi sebuah pertanyaan awal: bila ada sebuah tempat dan tempat tersebut menyimpan harta sangat berharga, sedangkan harta itu sendiri tercecer dimana-mana, terdapat dimana-mana. Tempat manakah itu? Tempat yang menyimpan harta namun hartanya terdapat dimana-mana. Lha kan aneh? Hartanya tersimpan disebuah tempat namun harta tersebut juga berada dimana-mana.
Sang penulis lagu ini sedang membeberkan konsep ‘keberlimpahan’ menjadi sebuah lagu sederhana.
Mari kita cermati lebih lanjut. Suwenge teng gelenter yang menggambarkan bahwa harta yang sangat berharga tersebut tercecer dimana-mana, terdapat dimana-mana adalah sebuah gambaran keberlimpahan hidup. Disekeliling kita, kanan kiri atas bawah terdapat harta tersebut. Tentu saja ini sebuah berita yang mengejutkan bagi sebagian orang yang disini digambarkan sebagai ‘Gudhel’: Benarkah keberlimpahan hidup tidak jauh dari kita? Masak sih? Dimana tempatnya sehingga aku bisa mudah mengambilnya?
Berita tersebut memicu orang-orang bodoh, orang-orang berpengetahuan sempit (mambu ketundhung gudhel) untuk bergegas mencarinya. Mereka karena tidak dibekali pengetahuan jiwa maka walaupun banyak yang merasa menemukan harta yang mereka anggap berharga, tetap saja mereka masih merasa kurang dan selalu menengok kiri-kanan (pak empo lera-lere). Kesuksesan, materi, nama besar, jabatan, yang semua itu dianggap keberlimpahan tetap saja mengakibatkan bingung dan tidak puas. Mereka masih ‘pak empo lera-lere’. Pak empo lera-lere juga dapat menggambarkan penderitaan dari orang-orang bodoh yang merasa menemukan keberlimpahan tersebut.
Dibalik semua itu, ada orang-orang yang sudah menemukan keberlimpahan. Mereka yang sudah menemukan harta yang sangat berharga tersebut, melihat orang-orang yang selalu mengejar keberlimpahan palsu, mereka hanya tertawa saja (sopo ngguyu ndhelikake). Mereka tertawa seakan-akan menyembunyikan rahasia: eh bukan itu lho! Itu palsu! Itu hanya ilusi dunia!
sir pong udele bodong!
Sir adalah Hati Nurani, sedangkan pong udele bodong adalah sebuah ‘sasmita’ atau gambaran tentang wujud yang tidak memakai apa-apa sehingga udel atau pusarnya kelihatan. Telanjang atau orang yang tidak memakai artibut apa-apa adalah orang sederhana, rendah hati, mengedepankan rasa dan selalu memuliakan orang lain. Yang akan menemukan ‘Cublak’ tersebut adalah orang yang polos, tidak memakai atribut, tidak memakai ego kepemilikan dan kemelekatan, dan itu bukanlah para Gudhel! Ia sekali lagi adalah para pong udele bodong, yaitu orang-orang polos, sederhana, dan bersih hatinya.

Suara Hati


D        C                D               C                           D
Apa kabar suara hati, sudah lama baru terdengar lagi
                C              D             C                        D
Kemana saja suara hati, tanpa kau sepi rasanya hari
D            C                      D                      C                               D
Kabar buruk apa kabar baik, yang kau bawa mudah-mudahan baik
                  C               D                C                  D
Dengar-dengar dunia lapar, lapar sesuatu yang benar
D          C D              C D          C D                    C
Suara hati, kenapa pergi, suara hati, jangan pergi lagi
D               C                                        D
Kau dengarkan orang-orang yang menangis
                    C                  D
Sebab hidupnya dipacu nafsu
              C                                                   D
Kau rasakan sakitnya orang-orang yang terlindas
            C                              D
Oleh derap sepatu pembangunan
D          C D              C D          C D                    C
Suara hati, kenapa pergi, suara hati, jangan pergi lagi
D            C                  D                  C                    D
Kau lihatkah pembantaian, demi kekuasaan yang secuil
               C                             D           C                         D
Kau tahukah alam yang kesakitan, lalu apa yang akan kau suarakan

Sore Tugu Pancoran


Intro : C  C/B  Am  G  (2x)

F       C          G      C
Si Budi kecil kuyup menggigil
F              C                G     C
Menahan dingin tanpa jas hujan
F                C              G      C
Di simpang jalan tugu Pancoran
F                 C          G       C
Tunggu pembeli jajakan koran

F                 C                   G     C
Menjelang Maghrib hujan tak reda
F           C                  G       C
Si Budi murung menghitung laba
F                 C         G      C
Surat kabar sore dijual malam
F          C                 G       C
Selepas isya' melangkah pulang

.
C/B  Am       G             F        G        C
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
C/B  Am         G                    F        G     C
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
C/B  Am       G                    F     G       C
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
     C/B  Am               G                F      G     C
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal

Int : C  C/B  Am  G  (2x)

F                      C              G       C
Cepat langkah waktu pagi menunggu
F          C             G       C
Si Budi sibuk siapkan buku
F                  C                 G      C
Tugas dari sekolah selesai setengah
F                 C                 G         C
Sanggupkah si Budi diam di dua sisi

Kembali ke . (2x)

Coda : C  C/B  Am  G (2x)

Songsonglah


Em                         Am                                   Em
Lepaslah... lepaslah belenggu ragu yang membelit hati
Em                                 Am                               Em
Langkahlah... melangkah dengan pasti menuju gerbang baru
Em                                     Am                                           Em
Songsonglah... songsonglah gelombang waktu merentang dengan tenang
      Em          D    Em  C            Em           C           Em
Ho ho... hu o ho.. ho... ho ho ho ho... ho... ho ho ho ho... ho...
     Em            G    Em            G               Em
Tangis bayi baru lahir, pemecahan yang berat
               G             Em            G               Em
Ibunya pasrah berdarah, beban hidupnya bertambah
               G                   Em                G                            Em
Namun harapan juga bertambah, sang ayah tak mampu berkata...
Em
Ya... ya... ya......
Em                                     Am                        Em
Mendengar...  mendengar suara gaduh kakinya terluka
Em                          Am                              Em
Melihat... melihat wajah murung air matanya berlinang
Em                         Am                            Em
Merasa... merasa jelas iba saat yang ditunggu-tunggu...
      Em          D    Em  C            Em           C           Em
Ho ho... hu o ho.. ho... ho ho ho ho... ho... ho ho ho ho... ho...

Wednesday, May 30, 2012

Merajuk

Kalau makan buah semangka
Menyapa lapar hilang dahaga
Menyapa lapar hilang dahaga

Anak perawan jangan berduka
Anak perawan jangan berduka
Kalau berduka, Kalau berduka, Kalau berduka
Hilang cantiknya
Kalau berduka, Kalau berduka, Kalau berduka
Hilang cantiknya

Hitam hitam warna ijuk
Berguna untuk atapnya gubuk
Berguna untuk atapnya gubuk

Anak perawan jangan merajuk
Anak perawan jangan merajuk
Kalau merajuk, Kalau merajuk, Kalau merajuk,
Nanti bersandung
Kalau merajuk, Kalau merajuk, Kalau merajuk,
Nanti bersandung

Kalau awan berlapis – lapis
Pantul kan hujan walau gerimis
Pantul kan hujan walau gerimis

Anak perawan jangan menangis
Anak perawan jangan menangis
Kalau menangis, kalau menangis, kalau menangis
Kan tumbuh kumis
Kalau menangis, kalau menangis, kalau menangis

Sunday, May 13, 2012

Terkesima 2

Baiklah hadirin saya akan membawakan lagu yang berkesan dalam hidup saya


Pria:
Hm... ooo...

Terbayang masih terbayang jelas primadona desa
Terkenang masih terkenang kisah cinta bersamanya
Apakah harus aku melupakannya namun hati tak kuasa
Apakah haruskan datang paling sering sungguh hati tak kuasa

Terbayang masih terbayang jelas primadona desa
Terkenang masih terkenang jelas bersamanya

Dengan busana megah dalam pesta meriah
Namun hati merana berkelana mencari cinta

Walau dalam istana di atas singgahsana
Semua hanya belengku siksa bila tanpa cinta
Wahai yang punya hati dengarkan jeritanku
Wahai yang punya hati kembalikan bungaku

wanita
Terbayang masih terbayang nusa-nusa wanita pujaan
Terkenang masih terkenang kisah cinta bersamanya
Apakah harus aku melupakannya namun hati tak kuasa
Apakah haruskan datang paling sering sungguh hati tak kuasa

Terbayang masih terbayang nusa-nusa wanita pujaan
Terkenang masih terkenang kisah cinta bersamanya
Apakah harus aku melupakannya namun hati tak kuasa
Apakah haruskan datang paling sering sungguh hati tak kuasa

Tuesday, April 3, 2012

Aku tak ingin sandiwara

Pernah kuimpikan
Pernah kudambakan
Oh, indahnya cinta yang tercipta
Ingin kunyatakan
Tapi apa daya
Kau bukannya dia yang kuimpi

Berdua pun tak pernah indah
Yang ada hanya airmata
Terbuai diantara dusta
Dan cintaku

Sayang..
Usah lagi kau sebut-sebut namaku
Sayang..
Bawa saja cintamu pergi dengannya
Oh.. tak ingin aku sandiwara
Oh.. cintamu bukanlah untukku

Ingin ku menangis
Tapi kering sudah
Oh, anganku tak pernah tercipta
Berdua pun tak pernah indah
Yang ada hanya airmata
Terbuai diantara dusta
Dan cintaku

Sayang..
Usah lagi kau sebut-sebut namaku
Sayang..
Bawa saja cintamu pergi dengannya
Oh.. tak ingin aku sandiwara
Oh.. cintamu bukanlah untukku

Aku Ingin Cinta Yang Nyata

setiap kali ku memadangimu
seribu tanya dihatiku
seringkali sudah ku bertanya
tiada jawab di bibirmu
apa sayang
apa yang salah padaku
katakanlah jangan kau hanya membisu

setiap kali kita bertemu
tak pernah engkau menegurku
seandainya kau sayang padaku
siramlah bunga dihatiku
tapi sayang engkau pun hanya disitu
siapa salah aku ingin cinta nyata

bukan sekali ini engkau menyakiti hatiku

mana ku tahu, mana ku sadari
engkau sayang padaku

bukan sekali ini mataku berpesan padamu

aku tak tahu, aku apa maksudmu
diam-diam begitu
seadainya dapat kau dengarkan
hati bernyanyi menantimu
aku mau, aku pun sayang padamu
tapi sayang tak mungkin aku ingin cinta yang nyata

bukan sekali ini engkau menyakiti hatiku

mana ku tahu, mana ku sadari
engkau sayang padaku

bukan sekali ini mataku berpesan padamu

aku tak tahu, aku apa maksudmu
diam-diam begitu
seadainya kau sayang padaku siram bunga dihatiku
aku mau, aku pun sayang padamu
tapi sayang tak mungkin aku yang meminta

Friday, March 30, 2012

Si Tua Sais Pedati

G Em G Em
Bergerak perlahan dengan pasti di jalan datar yang berlumpur
C G D G C D
Sesekali terdengar gletar cemeti diiringi teriakan lantang
D G D
Si tua sais pedati

G Em
Derak pedati sebentar berhenti
G Em
Tampak si tua sais pedati
C G D G
Mulai membuka bungkusan nasi,
Em D C D G
Yang dibekali sang istri

G Em G Em
Gerak pedati lalu jalan lagi, singgah di setiap desa
C G C G D G
Tanpa ragu-ragu tanpa malu-malu napas segar terhembus
D G C G D C D G
Dari sepasang lembu yang tak pernah merasakan sesak polusi

C D G C D G
Dia tak pernah memerlukan, dia tak pernah membutuhkan
D G D G
Solar dan ganti oli, bensin dan ganti busi
Em D G
Apalagi cas accu ..... wuih ... !!
C D G C D G
Dia tak pernah kebingungan, dia tak pernah ketakutan
Em D C D G
Apa kata orang tentang gawatnya krisis energi

G Em
Gerak pedati dan lenguh lembu
G Em
Seember rumput dan gletar cemeti
C G D G
Seakan suara azan yang di cassette kan
G D
Sementara itu
C D G
Sang bilal pulas mendekur

Si Gembala Sapi

Saya ini si gembala sapi.. young lide.. young lie.. young liede…
Inilah kerjanya si gembala sapi.. apa yang kau pikirkan lagi…

Bila hari sudah petang sapi pulang ke kandang saya turut dari belakang…
Jika sudah tutup pintu kandang si gembala menyenangkan badan
Inilah kerjanya si gembala sapi.. apa yang kau pikirkan lagi…

Yepie.. pie.. yepie.. ah.. ah..
Yepie.. yepie.. pie.. pie…
Yoboleio.. ih.. Yo.. lei.. ih..ooo…
Yoboleio.. yoboleio.. lei.. boleio…
Inilah kerjanya si gembala sapi.. apa yang kau pikirkan lagi…
Yoboleio.. yoboleio.. lei.. ih..ooo…

Sesuatu Yang Tertunda

Disini aku sendiri
Menatap relung-relung hidup
Aku merasa hidupku tak seperti yang kuimpikan
Terhampar begitu banyak warna kelam sisi diriku
Seperti yang mereka tahu
Seperti yang mereka tahu

Aku merasa disudutkan kenyataan, kenyataan
Menuntut diriku dan tak sanggup ku melawan
Butakan mataku semua tentang keindahan
Menggugah takutku, menantang sendiriku
Temui cinta, lepaskan rasa

Disini aku sendiri masih seperti dulu
Yang takut
Aku merasa hidupku pun surut
Tuk tumpukan harap
Tergambar begitu rupa, samara seperti yang kurasakan

Kenyataan itu pahit
Kenyataan itu sangatlah pahit

Aku merasa disudutkan kenyataan
Menuntut diriku dan tak sanggup ku melawan
Butakan mataku semua tentang keindahan
Menggugah takutku, menantang sendiriku
Temui cinta lepaskan rasa

Wednesday, March 28, 2012

Serenade 2

Kudatang padamu
Ketika anyelir ditaman masih berkerudung embun
Diambang malamku
Selaksa kemelut bermain tanpa terali
Khayalku berarak
Kutawar buatmu mungkin kau minat menjamahnya

Dibawah letak hidungmu
Aku minta tempat sila
Dengan segudang kata cinta

Pabila suatu saat umurku dipacu waktu
Merdekalah dari kungkungan mimpi

Kicau apa gerangan yang meradang ini
Keluh kesah atau nyanyian pecundang
Malam masih yatim piatu yang melenggang
Namun tak urung madahmu tangkas menyusup
Kau giringkan rentet cinta bermandi tangis
Astaga...!
Terpukau aku pada dusta yang setia

Kuharapkan tangan
Yang bisa menggapai hatiku yang terbengkalai ini
Diambang kangenku
Akulah pangeran atas segala nestapa
Gerimis yang ungu
Perlahan menitik didalam gugusan harapan

Dibawah letak hidungmu
Aku minta tempat sila
Dengan segudang kata cinta

Pabila suatu saat umurku dipacu waktu
Merdekalah dari kungkungan mimpi

Serenade

Aku ingin nyanyikan lagu
Buat orang orang yang tertindas
Hidup di alam bebas
Dengan jiwa yang terpapas
Dengan jiwa yang terpapas

Kenapa harus takut pada matahari ?
Kepalkan tangan dan halau setiap panasnya
Kenapa harus takut pada malam hari ?
Nyalakan api dalam hati usir segala kelamnya

Aku ingin nyanyikan lagu
Bagi kaum kaum yang terbuang
Kehilangan semangat juang
Terlena dalam mimpi panjang
Ditengah hidup yang bimbang

Kenapa harus takut pada matahari ?
Kepalkan tangan dan halau setiap panasnya
Kenapa harus takut pada malam hari ?
Nyalakan api dalam hati usir segala kelamnya

Di lorong lorong lorong jalan
Di kolong kolong kolong jembatan
Di kaki kaki kaki lima
Di bawah menara
Kau masih mendekap derita
Kau masih mendekap derita

Aku ingin nyanyikan lagu
Tanpa kemiskinan dan kemunafikan
Tanpa air mata dan kesengsaraan
Agar dapat melihat surga
Agar dapat melihat surga

Kenapa harus takut pada matahari ?
Kepalkan tangan dan halau setiap panasnya
Kenapa harus takut pada malam hari ?
Nyalakan api dalam hati usir segala kelamnya

Serdadu

D G D
Isi kepala di balik topi baja
G D A D
Semua serdadu pasti tak jauh berbeda
G D A D
Tak peduli perwira, bintara atau tamtama
G A D
Tetap tentara
D G D
Kata berita gagah perkasa
G D A D
Apalagi sedang kokang senjata
G D A D
Persetan siapa saja musuhnya
G A D
Perintah datang karang pun dihantam
G A D
Serdadu seperti peluru
G A D
Tekan picu melesat tak ragu
G A D
Serdadu seperti belati
G A D
Tak dirawat tumpul dan berkarat
D G D
Umpan bergizi, oh printah Bapak Menteri
G A D
Apakah sudah terbukti
G D A D
Bila saja masih ada, buruknya kabar burung
G A D
Tentang jatah prajurit yang dikentit
D G D
Lantang suaramu otot kawat tulang besi
G D A D
Susu, telur, kacang ijo, extra gizi
G D A D
Runtuh dan tegaknya keadilan negeri ini
G A D
Serdadu harus tau pasti
G A D
Serdadu baktimu kami tunggu
G A D
Tolong kantongkan tampang serammu
G A D
Serdadu rabalah dada kami
G A D
Gunakan hati jangan pakai belati
G A D
Serdadu jangan mau disuap
G A D
Tanah ini jelas meratap
G A D
Serdadu hey jangan lemah syahwat
G A D
Ibu pertiwi tak sudi melihat

Seperti Matahari

E A B E C#m A B
Keinginan adalah sumber penderitaan, tempatnya di dalam pikiran
E A B E C#m A B
Tujuan bukan utama, yang utama adalah prosesnya
E A B E C#m A B
Kita hidup mencari bahagia, harta dunia kendaraannya
E A B E C#m A B E
Bahan bakarnya budi pekerti, itulah nasehat para nabi

A E A E A E A E
Ingin bahagia, derita didapat, karena ingin sumber derita
A E A E A E A B E
Harta dunia, jadi penggoda, membuat miskin, jiwa kita

A E B E C#m A B
Ada benarnya nasehat orang-orang suci, memberi itu terangkan hati
E A B E C#m A B E C#m A B E
Seperti matahari, yang menyinari bumi, yang menyinari bumi

Sepak Bola

Sama-sama menyerang.. sama-sama bertahan…
Bola satu jadi rebutan.. bola satu dikejar-kejar…
Pemain gila, penonton gila.. gila bola merajalela…
Pengamat gila, sponsor gila.. gila bola dua kali empat lima…

Main bola adalah permainan tim
Bukan main sendiri atau asik sendiri
Memang dibutuhkan pemain yang cerdas
Cerdas membaca permainan lawan maupun kawan

Diluar keberuntungan dan kejutan
Kerja sama yang kompak menjadi mutlak
Nafsu mencetak gol biasanya merusak
Main saja yang wajar jangan lupa oper-operan

Soal postur bukan jaminan
Buktinya Maradona bintang lapangan
Keberanian bergerak gesit bertindak
Membuka peluang sabar menjaga lawan

Didalam sepak bola emosi pribadi harus ditekan
Taat pada pelatih tak terpengaruh penonton
Walaupun sakit harus patuh pada wasit
Wasit sakit sepak bola menjerit

Didalam pertandingan pemain yang menentukan
Setelah habis-habisan waktu latihan
Soal menang kalah memang menegangkan
Tetapi ketenangan bermain jangan disepelekan

Depan, tengah, belakang dan penjaga gawang
Main tak beres jadi cadangan
Mandi keringat sabunnya uang
Kalau mampu mengalahkan lawan
Yok cetak gol yok..
Ayo.. !!!

Dari kaki ke kaki bola bergulir
Ditingkahi semprit dan teriakan penonton
Papan sponsor dipinggir lapangan
Dimana tempat para wartawan parkir

Sepak bola olahraga dunia
Tempat belajar berjiwa besar
Nama bangsa jadi terbawa-bawa
Kalau juara di kompetisi akbar

Main bola adalah siasat
Boleh curang asal wasit tak lihat
Kalau kamu takut kualat
Sepak bola bukan olahraga yang tepat

Sama-sama menyerang.. sama-sama bertahan…
Bola satu jadi rebutan.. bola satu dikejar-kejar…
Pemain gila, penonton gila.. gila bola merajalela…
Pengamat gila, sponsor gila.. gila bola dua kali empat lima…

Kerja sama adalah mutlak
Jangan main kalau tak punya otak
Emosi harus ditekan
Kalah menang pemain yang menentukan

Seorang wasit tak boleh curang
Mau curang jadi saja pemain
Jadi pelatih janganlah pilih kasih
Apalagi penuh dengan pamrih
Ayo.. !!!

Sama-sama menyerang.. sama-sama bertahan…
Bola satu jadi rebutan.. bola satu dikejar-kejar…
Pemain gila, penonton gila.. gila bola merajalela…
Pengamat gila, sponsor gila.. gila bola dua kali empat lima…

Sentuhan

Lonceng menandakan pukul satu malam tiba
Bisingnya jalan di muka rumahku tampak semakin reda
Lengking suara kota satu persatu pulas, dibelai udara malam yang semakin dingin
Kantuk yang kuharap menyergapku tak kunjung datang
Sedangkan malam semakin larut, sementara dari jauh jelas kudengar
Suara roda kereta menggilas rel semakin keras

Kini aku teringat pada desaku yang masih terpencil
Dengan mayoritas petani yang ramah-ramah
Bila menyambutku datang dari kota

Sementara saja timbul di benakku, aku buat rencana pergi kesana
Dengan kereta kan kujumpa desaku
Sebab aku telah rindu bau lumpur sawah dan aroma pepohonan

Tuesday, March 27, 2012

Senandung Lirih

Em Am D G
Kau... wanita terindah yang pernah kutakhlukkan
C B C
Kau... kenapa kau pergi, kenapa kau pergi
Em Am D G
Kau... wanita terhebat yang pernah memelukku
C B C
Kau... kenapa kau pergi, kenapa kau pergi

C D Em A C D B
Helai udara disekitarku senandung lirih namamu
C D Em A C D G
Tiap sudut kota yang kudatangi, senandung lirih namamu

Em Am D G
Kau... wanita termegah yang pernah kudapatkan
C B C
Kau... kemana kau pergi, kemana kau pergi

G D Em
Smoga kau temukan apa yang kau cari
Am C
Yang tak kau dapatkan dari aku

D E F#m B
Kemanapun kau akan melangkah
D E A
Aku yang slalu mengenangmu

Bm C#m
Lai, lai, lai, lai, lai... lai, lai, lai, lai, lai...
D E F#m
Lai, lai, lai, lai, lai... ho...ho.....oooo.....

Senandung Istri Bromocorah

D Bm G A D
Nak, berhentilah jangan sekolah bapakmu sudah tak kerja
D Bm G A D
Nak, jangan menangis memang begini keadaannya
Bm G A
Pangkalan jatah di toko-toko dan di parkiran
G A D
Sudah bukan milik bapak lagi

D Bm G A D
Nak, mari berdo'a agar bapak slamat dari penembakan
D Bm G A D
Berita gencar di setiap lembaran koran
Bm G A D
Tentang dibunuhnya para bromocorah

A Bm A Bm
Maafkan bapakmu anakku yang tak bisa membesarkanmu
A Bm
Jangan kau benci bapakmu
C D Bm
Entah bagaimana masa depanmu
C D Bm
Entah bagaimana hari depanmu
Bm G A D
Oh anakku, jangan kau ikuti jejak bapakmu

Semoga Saja Kau Benar

Berbondong-bondong orang cumbui angan dibibir pelabuhan....
Tinggalkan tanah lahir desa tercinta menuju pulau sura...
Selamat tinggal semua bukan aku tak cinta
Tiada lagi tersisa...bahkan mimpi kubawa
(Isak tangisan bayi dalam gendongan tak goyahkan lamunan)

(Kaum suri) kapal jangkar diangkat segeralah berlayar....
Selamat tinggal semua bukan aku tak cinta
Tiada lagi tersisa...bahkan mimpi kubawa
Perlahan-lahan kapal jauhi tepi, malas mengangkut mimpi
Mercusuar dermaga dan burung camar
Selamat jalan kawan....bukan aku tak cinta
Mungkin saja kau benar.....s'moga saja kau benar

Saturday, March 17, 2012

Selamat Tidur Sayang

Dm Gm
Sayang… selamat malam…
A7 Dm
Sayang… selamat tidur…
Dm Gm
Sayang… mimpi indah…
A Dm
Tentang… kau dan aku…

C F
Panggil namaku sebelum tidur
C F
Agar ku hadir dalam mimpimu
C F
Kita kan terbang keatas awan
Em 7-5 A
Berdua.. slalu berdua…

Sebelum Kau Bosan

D C#m Bm A G
Sebelum kau bosan, sebelum aku menjemukan
D C#m Bm A G
Tolonglah ucapkan, dan tolong engkau ceritakan
D C#m Bm A D C#m Bm A G A D
Semua yang indah, semua yang cantik, berjanjilah

D C#m Bm A G
Ciptakanlah lagu yang kau anggap merdu dik !
D C#m Bm A G
Nyanyikan untukku sungguh aku perlu itu
D C#m Bm A D C#m Bm A G A D
Bila kau tak suka, bilang saja suka, berjanjilah

F#m Bm A G
Pergilah kau pergi dan janganlah kembali
D G D A G D
Bila itu kau ingini kumohon jangan katakan pergi

D C#m Bm A G
Jarak telah jauh yang sudah kita tempuh, dik !
D C#m Bm A G
Coba pikir itu sebelum tinggalkan aku
D C#m Bm A D C#m Bm A G A D
Teruslah berdusta, sampai engkau muak, berjanjilah

Satu-Satu

Satu satu daun berguguran, jatuh ke bumi dimakan usia
Tak tertengar tangis tak terdengar tawa, redalah, reda......
Satu satu tunas muda bersemi, mengisi hidup gantikan yang tua
Tak terdengar tangis tak terdengar tawa, redalah, reda....
Waktu terus bergulir, semuanya mesti terjadi
Daun daun berguguran, tunas tunas muda bersemi

Satu satu daun jatuh ke bumi, satu satu tunas muda bersemi
Tak guna menangis tak guna tertawa, redalah, reda....
Waktu terus bergulir, kita kan pergi dan ditinggal pergi
Redalah tangis redalah tawa, tunas tunas muda bersemi

Waktu terus bergulir, semuanya mesti terjadi
Daun daun berguguran, tunas tunas muda bersemi

Sarjana Muda

Dm Am F C Dm
Berjalan seorang pria muda dengan jaket lusuh di pundaknya
Dm Am F C Dm
Di sela bibir tampak mengering terselip sbatang rumput liar
Dm Am F C Dm
Jelas menatap awan berarak wajah murung smakin terlihat
Dm Am F C Dm
Dengan langkah gontai tak terarah kringat bercampur debu jalanan
F C Am Dm A# F Dm
Engkau sarjana muda resah mencari kerja mengandalkan ijasahmu
F C Am Dm A# F
Empat tahun lamanya bergelut dengan buku tuk jaminan masa depan
Dm Am Dm Am Dm
Langkah kakimu berhenti, di depan halaman sebuah jawatan
Dm Am F C Dm
Tercenung lesu engkau melangkah dari pintu kantor yang diharapkan
Dm Am F C Dm
Terngiang kata tiada lowongan untuk kerja yang didambakan
Dm Am F C Dm
Tak peduli berusaha lagi namun kata sama kau dapatkan
Dm Am F C Dm
Jelas menatap awan berarak wajah murung smakin terlihat
F C Am Dm A# F Dm
Engkau sarjana muda resah tak dapat kerja tak berguna ijasahmu
F C Am Dm A# F
Empat tahun lamanya bergelut dengan buku sia-sia semuanya
Dm Am
Setelah putus asa dia berucap,
Dm Am
"Maaf... Ibu..."

Sapumu Sapuku Sapu Sapu

Tukang sapu, kuli PU, besar jasamu, oh kawan
Dengan sapu, ganyang sampah dan debu, tuk sesuap makan
Hari panas, hari hujan, memang tantangan, siapa bilang bukan
Namun tugas tetap jalan, absen gaji melayang, maklum kuli harian

Pernahkah tuan pikirkan jasa mereka
Pernahkah tuan renungkan harga keringatnya

Tukang sapu, bawa sapu, masuk di kantor, bersihkan yang kotor
Cukong kotor, mandor kotor, semua yang kotor, awas kena sensor
Tukang sapu, bawa sapu, juga disapu, kok bisa begitu
Istri iri, lihat tetangga, punya barang baru, aku pun begitu

Inilah manusia, dengan sgala macam warna hidupnya
Tuk mencapai bahagia, semua jalan ditempuhnya
Aa...... aa...... aha...... aa......

Tuesday, January 10, 2012

Sakit Hati

Engkau datang kembali dengan sekuntum mawar
Sebagai ungkapan akan permintaan maafmu
Aku terkesima dengan sikapmu itu
Namun tak membuat aku menerimamu lagi

*
Aku tak bisa
Hidup bersamamu lagi
A..ha…oo
** Dan aku tak bisa
Mencintaimu dengan sepenuh hati
Kau coba mengingatkan masa-masa indah
Ketika kita pernah saling mencinta..

Sepekan sudah aku berfikir keras..
Untuk mencoba relakan apa yang telah terjadi
Didepan mataku kau mempermainkan api
Yang membakar janji ikrar setiamu itu

Kembali *

***
Dan masih tak bisa…
Melihat mu kembali dan datang padaku
Ku coba melupakan, memaafkanmu dirimu
Tapi sakitnya hatiku melebih cintamu

Kembali **
Kembali ***