Saturday, July 23, 2011

Model Gombrang

Tahukah teman model celana sekarang… oooo...
Celana yang atasnya gombrang…
Itu Celana bukan untuk wanita… oooo...
Itu celana yang benar untuk pria…

Tuk mengatasi penderitaan sementara…
Bila anda sedang nonton film panas…
Dengan gadisnya…
Agar kagak ngepress bisa kemana-mana…
Stir kiri stir kanan leluasa…

Tahukah teman model baju sekarang… hmmm...
Model baju gombrang kedodoran…
Itu baju bukan untuk pria… hmmm...
Itu baju yang benar untuk wanita…

Tuk mengatasi penderitaan sementara…
Bila anda sedang nonton film panas…
Sama cowoknya…
Agar kagak ngepress bisa kemana-mana…
Bercanda berdua leluasa…

Kini ku anjurkan bila sedang nonton film panas…
Cewek jangan pake baju ngepress-ngepress…
Cowok jangan pake celana mepet-mepet…
Bila anda nekat pasti akan tersiksa…

Mimpi Yang Terbeli

G C
Berjalan di situ, di pusat pertokoan
G A# F G
Melihat barang-barang yang jenisnya beraneka ragam
G C
Cari apa di sana pasti tersedia
G A# F G
Asal uang di kantong cukup tentu tak ada soal
G C
Aku ingin membeli, kamu ingin membeli
G A# F G
Kita ingin membeli semua orang ingin membeli
G C
Apa yang dibeli, mimpi yang terbeli
G A# F G
Sebab harga barang tinggi, tiada pilihan selain mencuri
A C G
Sampai kapan mimpi-mimpi itu kita beli
A C G
Sampai nanti sampai habis terjual harga diri
A C G
Sampai kapan harga-harga itu melambung tinggi
A C D
Sampai nanti sampai kita tak bisa bermimpi
Em C D G
Segala produksi ada disini
Em C D G
Menggoda kita untuk memiliki
Em C D G
Hari-hari kita diisi hasutan
C G D Em C D
Hingga kita tak tahu diri sendiri, heee…a…
G C
Melihat anak kecil mencuri mainan
G A# F G
Yang harganya tak terjangkau oleh bapaknya yang maling

A C G
Sampai kapan mimpi-mimpi itu kita beli
A C G
Sampai nanti sampai habis terjual harga diri
A C G
Sampai kapan harga-harga itu melambung tinggi
A C D
Sampai nanti sampai kita tak bisa bermimpi

Wednesday, July 6, 2011

Mereka Ada Di Jalan

Pukul 3 sore hari
Di jalan yang belum jadi
Aku melihat anak-anak kecil
Telanjang dada telanjang kaki
Asyik mengejar bola

Kuhampiri kudekati
Lalu duduk di tanah yang lebih tinggi
Agar lebih jelas lihat dan rasakan
Semangat mereka keringat mereka
Dalam memenangkan pernainan

Ramang kecil, Kadir kecil menggiring bola di jalanan
Ruli kecil, Ricky kecil lika-liku jebolkan gawang

Tiang gawang puing-puing
Sisa bangunan yang tergusur
Tanah lapang hanya tinggal cerita
Yang nampak mata hanya para pembual saja

Anak kota tak mampu beli sepatu
Anak kota tak punya tanah lapang
Sepak bola menjadi barang yang mahal
Milik mereka yang punya uang saja
Dan sementara kita di sini
Di jalan ini

Bola kaki dari plastik
Ditendang mampir ke langit
Pecahlah sudah kaca jendela hati
Sebab terkena bola tentu bukan salah mereka

Roni kecil, Heri kecil, gaya samba sodorkan bola
Nobon kecil, Juki kecil, jegal lawan amankan gawang
Cipto kecil, Suwadi kecil, tak tik tuk tak terinjak paku
Yudo kecil, Paslah kecil, terkam bola jatuh menangis

Merdeka

Merdeka.... merdeka....merdeka....merdeka....merdeka....merdeka....
Hatiku merdeka, pikiranku merdeka, hati dan pikiranku merdeka
Merdeka.... merdeka.... merdeka.... merdeka....merdeka....merdeka....
Dari kebodohan, dari kemiskinan, dari ketakutan
Merdeka.... merdeka.... merdeka....merdeka.... merdeka.... merdeka....

Usiamu tak lagi muda, untuk terus-terusan terjajah
Jangan lagi membungkuk-bungkuk agar dunia mengakuimu
Kami tak butuh itu
Berdirilah di kaki sendiri, kami pasti menyertaimu
Merdekalah kamu, merdeka yang sesungguh-sungguhnya
Merdeka.... merdeka.... merdeka....merdeka.... merdeka.... merdeka....
Hatiku merdeka, pikiranku merdeka, hati dan pikiranku merdeka

Selamat ulang tahun kami doakan
Selamat ulang tahun sejahteralah
Selamat panjang umur tumpah darahku
Selamat panjang umur sejahteralah......
Merdeka.... !!!!!
Selamat ulang tahun kami doakan
Selamat ulang tahun sejahteralah
Selamat kurang umur tumpah darahku
Selamat panjang umur sejahteralah......

Usiamu tak lagi muda, untuk terus-terusan terjajah
Jangan lagi membungkuk-bungkuk agar dunia mengakuimu
Kami tak butuh itu
Berdirilah di kaki sendiri, kami pasti menyertaimu
Merdekalah kamu, merdeka yang sesungguh-sungguhnya
Selamat ulang tahun kami doakan
Selamat ulang tahun sejahteralah

Menunggu Ditimbang Malah Muntah

Aku bernyanyi didalam kamar mandi seorang diri
Disamping wastafel, disamping kaca sambil menghisap kejenuhan
Majalah mingguan tergeletak di keranjang cucian
Gambar dua orang menteri sedang jabat tangan sambil tersenyum
Diatas kakus aku terus menulis
Menulis lagu lagu seimbang timbang menimbang
Di timbang nimbang menimbang dibuang sayang
Yang paling besar pulang sekolah, si bapak asyik sendiri
Suara mesin buyarkan maksud maksud siapa aku tak tahu
Adzan terdengar gemericik hujan
Mencari teman orang tertawa
Tunggu menunggu di tunggu, tunggu
Tunggu menunggu di buang sayang

Pelan-pelan sayang kalau mulai bosan
Jangan marah-marah nanti cepat mati
Santai sajalah

Seekor nyamuk terbang diatas majalah
Kadang hinggap lalu terbang lagi
Mengitari wajah politikus
Yang entah tersenyum atau sakit gigi

Lampu 40 watt bertopi pendekar cina
Tetap saja merendah tidak berubah
Kartu nama seorang teman tertindas asbak

Yos tidur galang cikal tidur… Hm…hm........

Hari ini ada berita polisi mati
Hari ini ada berita pembantu dibantai majikannya
Hari ini ada berita anak-anak membunuh orang tuanya
Hari ini ada berita orang tua memperkosa anak-anaknya
Hari ini ada berita guru-guru banyak yang sakit jiwa
Hari ini ada berita orang-orang kaya takut bangkrut
Hari ini ada berita mahasiswa protes merah putih cemang-cemong
Mau insaf susah desa sudah menjadi kota

Burung hantu liar berbunyi terus
Yos bangun galang cikal
Tidur yos tidur lagi
Jangkrik tidak berhenti
Belalang masih bernyanyi
Detik jam belum berhenti
Suara mobil sewenang-wenang
Suara pabrik sama saja
Yos tidur galang cikal tidur
Muntah kutelan lagi…

Pelan-pelan sayang kalau mulai bosan
Jangan marah-marah nanti cepat mati
Santai sajalah…
Santai sajalah… Hm hm hm hm hm hm hm.........

Mencetak Sawah

Kubaca koran pagi sambil ngopi Ada kabar menarik hati
Konglomerat akan mencetak sawah Di atas tanah milik siapa
Aku jadi berfikir Untuk apa berupaya membuat sawah
Sebab tanah ini tak lagi berkah Tak lagi . . . . . ramah
Semua kan sia-sia Karena kami tak lagi makan nasi
Dari bumi pertiwi ini Dari keringat pak tani
Tanah-tanah suburmu sudah menjadi ranjang industri
Menjadi ayunan ambisi-ambisi
Demi gengsi demi aksi
Untuk apa sawah-sawah
Pak taniku sudah pergi Menjadi pejalan kaki Yang . . . . . . . sepi

Matahari, Bulan dan Bintang

Em D Em D
Aku sedang susah, perang saudara didepan mata
Em D Em D
Sana lawan sini kawan, korban sudah berjatuhan
Em D Em D
Dimana tempatkan diri, banyak orang yang kehilangan diri
Em D Em D
Wakil rakyatnya malah dagelan, sedangkan para pakar oleng dibentur kenyataan

C G C G
Penyiar TV bergetar suaranya, rakyat yang lapar saling menerkam
C G Em
Ahli agama kewalahan, seiman kok perang
C G
Burung bangkai mengintip dari balik awan
C G C G
Sesekali terbang diatas kepala, sekejap menukik kedalam hati
Em Bm C
Lalu bau kematian dihembus angin yang kibarkan bendera setengah tiang
Bm C Bm C
Ada apa ini, begitu mudahnya nyawa melayang
Bm C
Padahal tanpa diundang pun kematian pasti datang
Bm C Bm C
Apakah ini karma, apakah ini dosa turunan
Bm C Em D C
Apakah ini upah dari kebodohan, aku ingin meledak
Em D C Em D C
Seperti bom waktu aku terkucil, detaknya pun ditimbun sampah
G D C G Bm C
Kalau aku boleh mengeluh, jalan masihlah jauh
G Bm C G Bm C
Dunia kita satu, kenapa kita tidak bersatu
Em D C Em D C
Aku sedang susah, rasanya ingin menjadi hanoman atau janggo
Em D C Em D C
Aku sedang susah, ya.. sedang susah...

Mata Indah Bola Pingpong

D G A D G A
Pria mana yang tak suka senyummu juwita
D G A D G A
Kalau ada yang tak suka mungkin sedang goblok
G Bm G D G Bm G D
Engkau baik engkau cantik kau wanita aku cinta (aku puja)
D G A D G A
Mata indah bola pingpong masihkah kau kosong
D G A D G A
Bolehkah aku membelai hidung yang aduhhai

D G A D G A D
Jangan marah kalau ku goda sebab pantas kau kugoda
D G A D G A D
Salah sendiri kau manis punya wajah teramat manis
D G A D G A D
Wajar saja kalau ku ganggu sampai kapan pun ku rindu
D G A D G A D
Lepaskan tawamu nona agar tak murung dunia

G Bm G D G Bm G D
Engkau baik engkau cantik kau wanita aku cinta
G Bm G D G Bm G D
Aku puja kau betina bukan gombal aku yang gila

Mata Hati

Dalam ku sendiri coba mengerti, perjalanan ini tak terasa di sini
Aku di sampingmu begitu pasti, yang tak kumengerti masih saja terasa sepi
Matahari yang berangkat pulang, tinggal jingga tersisa di jiwa
Bintang-bintang menyimpan kenangan, kita diam tak bisa bicara
Hanya mata...........hanya hati............hanya kamu........hanya aku.........

Aku di sampingmu begitu pasti, yang tak kumengerti masih saja terasa sepi
Matahari yang berangkat pulang, tinggal jingga tersisa di jiwa
Bintang-bintang menyimpan kenangan, kita diam tak bisa bicara
Hanya mata...........hanya hati............hanya kamu........hanya aku.........