Tuesday, May 31, 2011

Tuhan

Dm Gm
Tuhan tempat aku berteduh
A
Di mana aku mengeluh
Dm Bb A
Dengan segala peluh

Dm Gm
Tuhan Tuhan Yang Maha Esa
A
Tempat aku memuja
Dm
Dengan segala do'a

Gm F
Aku jauh, engkau jauh
Gm A7 Dm
Aku dekat, engkau dekat
Gm Dm
Hati adalah cermin
Bb A Bb A
Tempat pahala dosa bertaruh

Dm Gm
Tuhan tempat aku berteduh
A
Di mana aku mengeluh
Dm
Dengan segala peluh

intro : Dm Gm A Dm

Gm F
Aku jauh, engkau jauh
Gm A7 Dm
Aku dekat, engkau dekat
Gm Dm
Hati adalah cermin
Bb A Bb A
Tempat pahala dosa bertaruh
Dm Gm
Tuhan Tuhan Yang Maha Esa
A
Tempat aku memuja
Dm
Dengan segala doa

ending : E A Dm

Wednesday, May 25, 2011

Dunia

Dunia, oh, penuh misteri
Dunia, oh misteri
Penuh tantangan, penuh cobaan, penuh misteri
Dunia, oh misteri
Penuh tantangan, penuh cobaan, penuh misteri
Dunia, oh misteri

Ada suka ada duka silih-berganti
Ada tangis ada tawa silih-berganti
Ada miskin ada kaya ada pembeda
Begitulah hidup di dunia
Penuh tantangan, penuh cobaan, penuh misteri
Dunia, oh misteri

Segalanya serba semu fatamorgana
Segalanya serba fana pasti binasa
Segalanya tiada lama ada akhirnya
Begitulah hidup di dunia
Fatamorgana, pasti binasa, oh sangat fana
Dunia, oh misteri

Ada suka ada duka silih-berganti
Ada tangis ada tawa silih-berganti
Ada miskin ada kaya ada pembeda
Begitulah hidup di dunia
Penuh tantangan, penuh cobaan, penuh misteri
Dunia, penuh misteri

Kisah Sepeda Motorku

Em
Hey bapak kopral saya datang mau lapor
D Em D G
Tadi malam waktu saya sedang molor telah kehilangan sepeda motor
Am D Am G
Di rumah teman saya yang bermata bolor
Em
Baik anak muda kuterima laporanmu
D G
Tapi mengapa kau lapor hari sudah bedug lohor
Em G C Am G
Juga kenapa kau lapor hanya pakai celana kolor
Em
Tunggu saja sebulan nanti bapak beri kabar

Sekarang engkau boleh pulang

Lama kutunggu kabar dari bapak kopral

Kenapa nggak nongol-nongol sehingga gua dongkol

Lalu aku pergi menuju kantor polisi tapi nggak jadi

Sebab kabel listrik perut saya konsleting oh kiranya

Saya lupa setor tadi pagi terpaksa sore hari saya baru pergi kontrol

Ternyata sepeda motor ada di garasi kantor polisi

Sudah tak beraki, sudah tak berlampu, tutup tengki hilang

Kaca spion kok melayang,

Dia bilang waktu diketemukan sudah demikian

Memang tak beraki kok, memang tak berlampu kok,

Tutup tengki hilang kaca spion kok melayang,

Bolehkah motor ini saya bawa pulang bapak kopral

Oo, tentu saja boleh engkau bawa pulang

Asal engkau tau diri...
(mbok terima kasih)

Kesaksian

Aku mendengar suara, jerit makhluk terluka
Luka, luka, hidupnya, luka
Orang memanah rembulan
Burung sirna sarangnya sirna, sirna
Hidup redup, alam semesta, luka

Banyak orang hilang nafkahnya
Aku bernyanyi menjadi saksi
Banyak orang dirampas haknya
Aku bernyanyi menjadi saksi

Mereka dihinakan tanpa daya
Ya, tanpa daya terbiasa hidup, sangsi

Orang-orang harus dibangunkan
Aku bernyanyi menjadi saksi
Kenyataan harus dikabarkan
Aku bernyanyi menjadi saksi

Lagu ini, jeritan jiwa, hidup bersama, harus dijaga
Lagu ini, harapan sukma, hidup yang layak, harus dibela

Kereta Tua

D
Hitam, warnamu seperti malam
G D
Kekar, roda-roda melingkar
A G D
Kau kereta lama parkir di stasiun tua

D
Dulu, kakekku pernah cerita
G D
Dia, banyak berikan jasa
A G D
Saat gejolak perang melanda negri kita
G D
Kau kereta tua penuh sembunyikan misteri

G
Waktupun berlalu ordepun berganti
E A
Oh kereta tua kau nampak smakin asing

D
Kini, tiada lagi berlaga
G D
Namun masih bisa tertawa
A
Smoga tidurmu nanti
G D
Mimpikan masa lalu

Kebaya Merah

Kebaya merah kau kenakan, anggun walau nampak kusam
Kerudung putih terurai, ujung yang koyak tak kurangi cintaku

Wajahmu seperti menyimpan duka
Padahal kursimu dilapisi beludru
Ada apakah...... ibu...
Ceritalah seperti dulu, duka suka yang terasa
Percaya pada anakmu, tak terfikir tuk tinggalkan dirimu

Ibuku darahku tanah airku, tak rela kulihat kau seperti itu
Ada apakah...... ibu...

Kaum Urbanis

Bersama mereka ku datang perempuan penjual kembang
Anak ganas dan pasanda
Bersama mereka ku datang perempuan penjual kembang
Anak ganas dan pasanda
Menuju negeri yang penuh dengan peraturan
Sedang keadaan tak pernah menjadi mapan
Bukalah pintu dan jendela dengarkanlah nyanyian kami…

Katakan Kita Rasakan

Sisakan senyum, sisihkan tawa
Ketika tangis terdengar, cakar telinga kita
Hangatnya surya di darah ini
Relakan untuk mereka, agar air mata pergi

Satukan kata dan rasa, bersama singkirkan derita
Biarkan langkah berarti, di sekejap hidup ini

Katakan cinta, rasakan duka
Katakan pasti kita rasakan segala penderitaan

Tuesday, May 24, 2011

Kasacima

E B
Yang aku mau kau tunggu
A B
Janganlah terburu nafsu
E B
Pasti kudatangi kamu
A B
Tak mungkin kau kukibuli
*
E B
Kasihku kasih terkasih
A B
Sayangku sayang tersayang
E B
Cintaku cinta tercinta
A B
Manisku manis termanis

E B
Rinduku setengah mati
A B
Kalbuku menggebu-gebu
E B
Mari sini dekat padaku
A B
Kucium kau berulang kali
Ke *

**
E B
Hidup ini indah
A B
Berdua semua mudah
E B
Yakinlah melangkah
A B
Jangan lagi gelisah 2x

E B
Kalau kau tak mau menunggu
A B
Aku tak pandai merayu
E B/D#
Percayalah kau padaku
C#m B/D#
Percaya.. ya… percayalah…
Ke *

E B
Suka dan duka biasa
A B
Cemburu jangan membuta
C#m F#
Senyumlah engkau kekasih
A B
Problema jadi tak perih
E B
Kasihku kasih terkasih
A B
Sayangku sayang tersayang
C#m F#
Cintaku cinta tercinta
A B
Manisku manis termanis
Ke ** Ke **
Wo.. ho… 3x hoo…

Karena Kau Bunda Kami

Kami berdiri disini mencoba menjaga hidup mu
Bukan hanya sekedar mencintai
Bukan sekedar melindungi, karena kau bunda kami

Kami minum air susu mu, dihidupi tanah mu
Dimandikan oleh air mu
Kami berdoa, karena kau bunda kami

Lihatlah fajar pagi telah menyingsing
Dengarkan doa kami, karena kau bunda kami

Biar keadilan sulit terpenuhi, biar kedamaian sulit terpenuhi (2x)
Kami berdiri menjaga diri mu, karena kau bunda kami

Sunday, May 22, 2011

Terserah Kita

Kalau mau melacur, (he), e harus pakai uang
Kalau mau berjudi, e harus pakai uang
(Hu-ha-huhahu)
Mau mabuk-mabukan, (he), e harus pakai uang
Mau haram-haraman, e harus pakai uang

Ternyata jalan ke neraka mahal harganya
Walaupun mahal anehnya banyak yang suka

Melaksanakan zakat (he), hanya bagi yang mampu
Melaksanakan haji hanya bagi yang mampu
(Hu-ha-huhahu)
Mengerjakan sembahyang (he), tidak usah membayar
Mengerjakan puasa tidak usah membayar

Ternyata jalan yang ke surga murah harganya
Walaupun murah anehnya banyak yang ogah

Kalau nanti ada yang masuk ke surga
Itu karena dia memang berusaha
Kalau nanti ada yang masuk neraka
Bukan karena Tuhan tak sayang hamba-Nya
Semua terserah kita

Kalau suka melacur, (he), penyakit akibatnya
Kalau suka tak jujur, tak akan dipercaya
(Hu-ha-huhahu)
Kalau suka mencuri, (he), penjara akibatnya
Kalau suka berjudi, tak akan bisa kaya

Ternyata jalan ke neraka teramat susah
Walaupun susah anehnya banyak yang maksa

Kalau suka sembahyang, (he), hidup ‘kan jadi tenang
Kalau suka puasa, sehat jiwa dan raga
(Hu-ha-huhahu)
Kalau suka sedekah (he), harta akan berlimpah
Kalau suka peramah teman akan bertambah

Ternyata jalan yang ke surga teramat indah
Walaupun indah anehnya banyak yang ogah

(He)

Kantata Takwa

Laailahaillallah......

Malam khusuk menelan tahajudku
Lidah halilintar menjilat batinku
Mentari dan cakrawala kenyataan hidup
Hanya padaMulah kekuasaan kekal
Hu... hu...
Ingatlah Allah yang menciptakan
Allah tempatku berpegang dan bertawakal
Allah maha tinggi dan maha esa
Allah maha lembut
Hu... hu...
Lindungilah dari ganas dan serakah
Lindungilah aku dari setan kehidupan
Berikan mentariMu sinar taqwa
Ya... ampunilah dosa
Hu... hu...
Gerhana matahari kuasaMu
Bumi langit menusia ciptaanMu
Hari kiamat ada di tanganMu
Aku bersujud......

(Ayat kursi......)

Laailahaillallah......

Kantata Revolvere

Kantata revolvere suara bersama
Kantata revolvere suara bulat
Kantata revolvere suara kemungkaran
Kantata revolvere suara revolvere

Waktu adalah senjataku
Ruang adalah imajinasiku
Gerakan yang dulu gagal lagi
Suara bersama dari rajawali

Rajawali.. rajawali…
Rajawali.. rajawali…
Rajawali.. rajawali…

Kantata revolvere suara cita-cita
Kantata revolvere suara kemanusiaan
Kantata revolvere suara keadilan
Kantata revolvere suara revolvere

Selamat tinggal reformasi bebek
Selamat datang revolvere rajawali
Selamat tinggal reformasi ular
Selamat datang revolvere kehidupan
Kehidupan.. kehidupan..
Kehidupan.. kehidupan..
Kehidupan.. kehidupan..

Revolvere.. revolvere…
Suara bersama untuk rajawali

Kantata Bella Vita

Lembah-lembah yang ramah
Tangan-tangan bergandengan
Rama-rama diatas bunga
Layar-layar yang putih
Nun di samudra raya

Gunung-gunung sembahyang
Tangan-tangan bersalaman
Burung murai bernyanyi-nyanyi
Burung camar menyambar
Diatas ombak raya

Oh bencana dari kekuasaan insan…
Oh bencana.. dari aniaya manusia…

Amarah tak berbunda.. kebuasan tanpa saudara…
Oh suara batin fajar di timur raya…
Oh suara kalbu degup jantung kita

Asmara dirgantara…
Rasa rindu anak dan cucu…
Nostalgia cakrawala
Asap dapur dari desa
Punahlah gairah pada nafsu darah

Salam ya salam…
Santi om santi…
Haleluya.. haleluya…

Joni Kesiangan

Habis sebulan dia baru gajian Joni kesiangan bersiul tanda girang
Dapat cium sayang dari istrinya yang merengek manja
Minta kacamata penutup pepaya janjikan papaya janjikan papaya
Joni kesal lalu masuk kamar si istri datang
Mengajak senam malam.. busyet dong..
Ooo gah ah ah ah Joni sudah bosan istri yang sekarang
Jempolnya ketombean
Mbak Tatik tante seberang jalan sudah menjanjikan
Joni tuk bermalam dengan imbalan telur setengah matang
Tengah malam Joni asyik berkencan tak ingat pintu depan
Digedor-gedor orang
Ha ha hansip datang... membawa pentungan..
Joni kelimpungan... masuk kolong ranjang
Joni kesiangan... 6 x
Ha ha hai… asik deh… aha… cubit lu Joni…
Joni... Joni ... disuruh kesiangan malah kesorean eh..
Disuruh kesorean malah kesiangan...
Gimana sih Jon…

Jogja

Aku jalan sendiri di jalan yang sering aku lewati dulu
Aku masih melihat wajah-wajah yang aku kenal dahulu
Oh… di kota ini di kota ini
Aku bangun kembali setelah tidur yang panjang
Tanpa pernah kusadari ingin menyanyi
Untuk apa saja yang pernah terjadi di kota ini
Oh… ya… di kota ini… hm… di kota ini kupanggil Jogjakarta
Malam semakin sunyi jalan semakin sepi
Malam semakin dingin oh di kota ini masih ada jejakku

Saturday, May 21, 2011

Jendral Tua

Jendral tua foto ditengah keluarga
Tersenyum dingin memandang kamera
Istrinya mati, anak dan adiknya dipenjara
Apa jadinya dan apa isi hatinya

Jendral tua masih tampan dan perkasa
Tersebar kabar banyak yang jatuh cinta
Oh medan laga, menganga minta digoda
Oh kuru setra, padang perang saudara

Jendral tua bererot jasa didada
Menagih janji pada ibu pertiwi
Mungkinkah ia seorang prajurit sejati
Kalaulah iya, wah sungguh celaka

Jendral tua legenda hidup nyata
Ahli strategi jago sudah teruji
Melahap sepi, didalam kamarnya sendiri
Masihkah ia, tergoda oleh dunia
Ee.. ya… e..e… ya… ee.. ya.. e..e…
Yaa.. e…

Jendral tua semoga kuat imanmu
Tetaplah begitu dan tetap disitu
Cahaya itu, ingatkan aku pada bapakku
Tetap begitu, tetap di pertapaan sucimu 3x

(bait dibawah ini ditambahkan setelah "Jendral Tua" wafat)

Jendral tua kini tinggal cerita
Diperut Lawu rumah abadimu
Janjikan madu, dan racun bagi anak cucumu
Bagai sembilu, perihkan tulang sumsumku
Tinggalkan soal, yang rumit bagi para begundal
Semoga saja, yang ditinggal tak jadi sundal
Sundal...!

“...penginnya berpanjang-panjang, tapi yah kenyataan hidup seperti ini ya?...” (diucapkan Iwan Fals setelah selesai menyanyikan lagu ini)

Jangan Tutup Dirimu

Dari hati yang paling dalam
Kudendangkan...sebuah lagu temani sepi
Sejenak iringi nurani
Ada jarak diantara kita
Selimuti sekian waktu t'lah tersita
Inginku hilang jarak terbentang....semoga

Datanglah kau kekasih dekap aku erat-erat
Jangan buang pelukku yang tulus
Biarkan hujan turun basahi jiwa yang haus
Jangan tutup dirimu

Buat apa kau diam saja, bicaralah agar aku semakin tau
Warna dirimu duhai permata, kau mimpiku... aku tak bohong
Seperti yang kau kira, seperti yang s'lalu kau duga
Pintaku kau percayalah usah ragu

Datanglah kau kekasih, dekap aku erat-erat
Jangan campakkan (lemparkan) pelukku yang tulus
Biarkan hujan turun basahi jiwa yang kering
Jangan tutup dirimu

Datanglah kau kekasih dekap aku erat-erat
Jangan hancurkan (buang) pelukku yang tulus
Biarkan hujan turun basahi jiwa yang haus
Jangan tutup dirimu

Jaman Edan

Hai teman katanya jaman ini kemajuan
Sampai si om gendut dan rambut ubanan
Berani berpacaran
Dengan pembantunya sampai naik ranjang
Ranjang goyang

Hai teman katanya jaman ini pembangunan
Para tante pun tak mau ketinggalan
Mencari pasangan
Dengan mahasiswa yang kurang biaya
Kuliahnya yang tertunda

Kalau ada gadis jaman sekarang
Jangan heran kalau tidak perawan
Para pelajar pun jadi edan edanan
Kalau pusing belajar cari hiburan
Di tempat pelacuran

Oh oh oh we yo
Jaman edan
Jaman jaman edan
Jaman saiki jaman edan
Sampeyan edan aku melok edan
Ini ramalan dari nenek moyang
Jayabaya yang kelahiran Bengawan

Hai teman di jaman ini memang banyak penipuan dan pengangguran
Terpaksa Yance Mince berjualan
Daging karet tiruan
Oh di taman Lawang demi kepuasan
Hidung belang

Hai teman jangan sampai kita pun ketinggalan
Cepat cepat kau cari kesempatan
Di dalam kesempitan
Untuk melemaskan segala ketegangan
Oh pikiran yang bukan bukan

Suatu kali eh pernah aku kehilangan
Celana Levi’s yang semata wayang
Itu juga belinya di tukang loakan
Telah hilang melayang disamber orang
Waktu di jemuran

Oh oh oh we yo
Maling sialan
Maling maling sialan
Dia nggak pikir itu barang orang

Ada lagi maling gede gedean
Dia nekat embat duit ‘jut - ‘jutan
Dia nggak mikir itu duit haram
Inget inget dong sama gelandangan
Berani amat ente sama kutukan Tuhan
Maling yang ini memang kebangetan

Ada maling hoi maling jemuran
Di sono maling di sini maling
Maling maling hei elu sialan

Jalan Yang Panjang Berliku

Jalan panjang yang berliku, jalan lusuh dan berbatu
Namun ku harus mampu menempuh, bersama beban di batinku
Ku datang berlumur debu, ku pergi bersama bayu
Diantara gelisah dan ragu, kucoba untuk tetap kukuh

Tiadakan tempat ku berteduh, dikala luka membiru
uh .. uh .. uh ..
Segenggam harapan dalam jiwa, hilang punah tiada kesan ..

Dikegelapan ..

Iya Memang Kamu

Bukan lagi cermin
Bedak gincupun tak perlu

Kamu memang masih kamu
Dari dulu memang itu kamu

Waktu jiwamu lelah
Tanganku tak mampu tengadah
Seberang bumi sana
Keluh semakin membara

Beri ramahmu
Sementara tempatku teduh disini

Bukakan aku pintu
Agar bisa memuji dirimu

Cerita tentang merdeka
Lewat mantera sang pujangga

Kamu memang masih kamu
Dari dulu masih tetap kamu

Kata hati bertanya
Masih tegarkah jiwamu ?

Kini kunyanyikan rasa
Lewat suasana yang ada

Kamu memang tetap kamu
Kamu dari dulu kamu
Kamu memang masih kamu
Dari dulu kamu tetap kamu

Intro

Dalam gelap kuberjalan,
Membelah belantara akal
Sendiri-sendiri slalu sendiri

Pada terang ku merenung
Mencari kesejatian
Mencari-mencari slalu mencari

Pada ruang, pada waktu, aku ingin datang
Pada ruang, pada waktu, aku ingin datang

Gitar kayu kumainkan
Suara lahirkan tanya
Bertanya-bertanya slalu bertanya

Intermezzo

Katanya malam sepi, ternyata malam tak sepi
Malam katanya sama, ternyata malam tak sama
Di desaku di kotamu, memang ada malam
Di hatiku di hatimu, malam memang ada
Namun malammu tak sama malamku
Namun hatimu tak sama hatiku
Pahamkah kau ceritaku tentang... MALAM

Malam di desaku nyanyi jangkrik merdu
Malam di kotamu hanya keluh kesah bertalu
Malam di hatiku tetap gelap tak terang
Malam di hatimu gelap jadi bumerang
Syukur…
O ya disini jurang kita
Dalam.. dalam... teramat dalam...
Seperti gelapnya malam

Diheningnya malam, diredupnya sinar
Satu rembulan berjuta bintang
Ayun kaki membelah sepi
Iring angan hidup punya arti
Seorang lelaki coba sembunyi

Kala keseribu teguk, hanguslah problema yang menghimpit dada
Berbisik seorang pemabuk kepada dunia yang remehkan dia
Kepada dunia yang remehkan dia
Hembus angin lewat, belai tubuh penat
Seorang lelaki bergumul pekat
Bosan kadang singgah, di jiwa yang lelah
Kadang ada jemu, sekejap berlalu

Inspirasi

Sore itu aku duduk sendiri
Duduk termenung
Dipinggir kali yang sepi

Bukannya ku putus asa kan bunuh diri
Apalagi korban permainan cinta
Patah hati

Pura pura aku jadi pemusik
Duduk disitu ku menciptakan lagu
Syair telah tersusun rapi
Di otakku

Tiba tiba aku dikejutkan
Dengan suara
Sendu… aneh… lucu…

Dan kucarilah suara itu

Kulihat kanan dan kiri
Jebulnya om Pasikom lagi
Beraksi

Eh pantesan saya kira
Pisang goreng pisang goreng
Dibuang di kali
Warna kuning kampul kampul
Jalan sendiri

Eh pantesan saya kira
Pisang goreng pisang goreng
Dibuang di kali
Warna kuning kampul kampul
Jalan sendiri

Inspirasi berantakan
Hilang semua

Ini Si Trendy

Ini si Trendy menari memuja diri
Ini si Trendy bergaya pasang aksi
Hidupnya penuh basa-basi
Ingin dianggap paling sexy
Tiap hari maunya di puji
Hidup diperbudak gengsi

Ini si Trendy bergaya babi ngepet
Ini si Trendy menyanyi karaoke
Suaranya mirip bebek
Matanya merem melek
Yang penting bisa dipotret
Ngetrend......trendy......trendy.....

Enggak ikut, ikut gengsi......kuno, kuno, kuno, kuno
Enggak ikut, ikut gengsi......kuno, kuno, kuno, kuno

Ini si Trendy masih nari dan menyanyi
Ini si Trendy genitnya semakin jadi
Orang-orang dianggap tuli
Moderenisasi salah kaprah
Lantas menjadi latah
Ngetrend......trendy......trendy.....

Ini Bukan Mimpi

C G D G
Simaklah laguku ini, tentang sebuah bencana
C G D D
Tragedi umat manusia, terjadi lagi.. terjadilah…
C Bm C Bm
Alam tlah bersaksi, atas tingkah laku kita
C Bm A D A D A
Tuhan pun telah menyapa, memperingati.. memperingati…
D Bm E
Ini bukan sandiwara ini bukan dalam mimpi
A D Bm E
Ini bukan sandiwara ini bukan dalam mimpi
A D Bm E
Ini kenyataan… mari renungi…
A D Bm E
Ini bukan sandiwara ini bukan dalam mimpi
A D F E A
Ini kenyataan yang ada mari renungi…
D A Em A
Demi keselamatan kita bersama
D A Em A
Mari kita berdo’a pada yang kuasa
G D/F# G D/F#
Berjanji kembali ke jalan Ilahi
G D/F# Bm Em Bm C# F# Bm
Berjanji kembali ke jalan Ilahi ke jalan Ilahi
D# C#m
Ini bukan sandiwara ini bukan dalam mimpi
B D# E B C#
Ini kenyataan… mari renungi…
G C Dm G
Ini bukan sandiwara ini bukan dalam mimpi
G C Dm G
Ini bukan sandiwara ini bukan dalam mimpi
C F Fm C G C
Ini kenyataan yang ada mari renungi…

Friday, May 20, 2011

Imitasi

Join-join dong ayo kita kumpul duit, dana siap kita berangkat
Pakaian rapi celana potongan napi, taplak meja dirombak jadi dasi
Pergi kita cari sasaran, malam ingin melepas keresahan
Lihat Popi pakai rok mini, lihat Nancy pakai bikini
Tapi sayang sudah dibooking papi-papi
Otakku tegang begitupun kawan sejalan
Cepat putar haluan tancap gas, kita ngacir pergi ke taman lawang
Paginya Totok malamnya Titik, paginya Sunarto malam Sunarti
Paginya Ahmad malamnya Asye, paginya Ismet malam Isye
Aku melongo persis kebo bego, jidat mengkerut persis jidat Darto
Lihat itu potongan habisnya mirip perempuan
Na na na na na nana nana na na
Na na na na nana nana na na

Ikrar

Meniti hari meniti waktu
Membelah langit belah samudra
Ikhlaslah sayang kukirim kembang
Tunggu aku . . . . tunggu aku
Rinduku dalam semakin dalam
Perjalanan pasti kan sampai
Penantianmu semangat hidupku
Kau cintaku kau intanku
Do'akanlah sayang Harapkanlah manis
Suami segera kembali
Do'akanlah sayang Harapkanlah manis
Suami . . . . . . suami yang baik
Kutitipkan semua yang kutinggalkan
Kau jagalah semua yang mesti kau jaga
Permataku . . . . . . aku percaya padamu 2x

Thursday, May 19, 2011

Ikan-Ikan

D G A D
Ikan-ikan kecil jadi santapan ikan-ikan besar
G A D G A D
Agar warna kulitnya berkilau didalam aquarium kehidupan
D G A D
Gelembung-gelembung udara jadi syarat hidup sejahtera
G A D G A D
Jikalau tidak mau celaka bikin senang hati pemiliknya

D G A D
Ikan-ikan kecil di sudut kiri tepi televisi
G A D G A D
Menjadi hiasan tersendiri, walau tak lama mereka pergi
D G A D
Ini kisah menahun, juga tragedi bertahun-tahun
G A D G A D
Dibungkus merdu gemericik air, jadi hiburan keluarga rukun
C G D C G D
Ikan-ikan kecil mati dimakan ikan-ikan besar
C G D F C G D
Walau begitu adanya kuakui hatiku tergetar
C G D C G D
Ikan-ikan besar mati segala yang hidup pasti mati
C G D F C G
Begitupun pemiliknya penjual dan penikmatnya
F# G
Tak ada yang lepas dari kematian
F# G
Tak ada yang bisa sembunyi dari kematian… pasti…

D G A D
Ikan-ikan kecil jadi santapan ikan-ikan besar
G A D G A D
Agar warna kulitnya berkilau didalam aquarium kehidupan
D G A D
Ikan-ikan kecil di sudut kiri tepi televisi
G A D G A D
Menjadi hiasan tersendiri, walau tak lama mereka pergi
D
Ikan-ikan kecil…

Hutanku

Hutan ditebang kering kerontang
Hutan ditebang banjir datang
Hutan ditebang penyakit meradang
Hutan-hutanku hilang anak negeri bernasib malang
Hutan-hutanku hilang bangsa ini tenggelam

Adakah engkau tahu ini adalah hukuman
Adakah engkau tahu ini adalah peringatan
Adakah engkau tahu ini adalah ancaman
Adakah engkau tahu ini adalah ujian Tuhan

Sadar dan sadarlah hei anak negeri
Sadar dan sadarlah para pemimpin
Hentikan.. hentikan…
Hentikan semua duka ini

Kembalikan kesuburan negeri ini
Kembalikan keindahan hutanku
Kembalikan ketenangan bangsa ini
Kembalikan, kembalikan hutanku
Biarkan, biarkan hutanku bangkit lagi

Wednesday, May 18, 2011

Hura-Hura Huru-Hara

Apa jadinya jika mulut dilarang bicara
Apa jadinya jika mata dilarang melihat
Apa jadinya jika telinga dilarang mendengar
Jadilah robot tanpa nyawa
Yang hanya mengabdi pada perintah

Apa jadinya jika saran berubah menjadi ancaman
Apa jadinya jika lintah darat makin menghisap rakyat
Apa jadinya jika keserakahan makin semena-mena
Jadilah kepincangan keadilan
Yang hanya melahirkan dendam

Hura-hura huru-hara.......lingkaran setan semakin seram bentuknya
Hura-hura huru-hara.......gelombang marabahaya semakin terasa

Apa jadinya jika petani tak lagi punya sawah
Apa jadinya jika cukong-cukong semakin menguasai tanah
Apa jadinya jika hukum sekedar bendera-bendera pajangan
Jadilah penghisap sesama manusia
Yang hanya melahirkan drakula-drakula

Hua..Ha..Ha..Ha..

Hua..ha..ha..ha..ha......... Hua..ha..ha..ha..ha.....
Hua..ha..ha..ha..ha…hua..ha..ha..ha....... Hua..ha..ha......
Hua..ha..ha..ha..ha......... Hua..ha..ha..ha..ha.....
Hua..ha..ha..ha..ha…hua..ha..ha..ha.......

Bukalah mulut kamu, lantangkan saja suara mu
Bebaskan jiwa kamu, tidak apa-apa dianggap gila
Daripada tak bisa tertawa itu sehat, menipu itu jahat
Tertawa itu sehat, menipu itu jahat

Hua..ha..ha..ha..ha......... Hua..ha..ha..ha..ha.....
Hua..ha..ha..ha..ha…hua..ha..ha..ha.......

Bukalah mulut kamu, lantangkan saja suara mu
Bebaskan jiwa kamu, tidak apa-apa dianggap gila
Daripada tak bisa tertawa itu sehat, menipu itu jahat
Tertawa itu sehat, menipu itu jahat
Tertawa itu sehat, menipu itu jahat
Tertawa itu sehat, menipu itu jahat

Haruskah Pergi

Sering aku merasa
Tak mengerti dengan apa yang ada
Melihat dari kegelapan
Mencoba mengurai makna

Begitu banyak yang terjadi
Begitu banyak yang tak kupahami
Orang saling membenci
Membunuh dan melukai

Perang masih terjadi
Bencana bertubi tubi
Kerinduan tercampak
Kesepian merajai

Aku ingin pergi
Meninggalkan ini semua
Menemani senja
Yang sedang berduka

Aku harus pergi
Meninggalkan semua ini
Menemui kamu
Yang mengajak bercinta

Air mata nyaris jatuh
Di pelataran rumah yang teduh
Ayat-MU terkapar
Di lemari lemari berdebu

Ada apa gerangan
Mengapa mesti tergesa gesa
Tak bisakah tenang
Menikmati bulan penuh dan bintang

Lalu mengarungi waktu
Dengan lapar yang menyakitkan
Menyikapi semua
Dengan kesabaran

Aku ingin pergi
Meninggalkan ini semua
Menemani senja
Yang sedang berduka

Aku harus pergi
Meninggalkan semua ini
Menemui kamu
Yang mengajak bercinta

Oh oh oh

Guru Zirah

Dia cantiknya
Guru muda kelasku
Zirah namamu
Asli cangkokan Jawa
Busana biasa saja
Ramping kau punya pinggang

Tahi lalatmu, genit nangkring di jidat
Goda batinku, gelikitik imanku
Pantatmu aduhai bagai salak raksasa

Merah bibirmu, bukan polesan pabrik
Mulus kulitmu, tak perlu lagi ke salon
Betismu bukan main, indah bak padi bunting

Tidurpun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan namamu guru Zirah body montok
Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku guru Zirah body montok

Baru melihat kaki ibu melangkah
Hati di dalam dag dig dug mirip bedug
Apalagi he..he..he...
Tak kan kuat ku berdiri

Zirah guruku, ibu manis bak permen
Berilah les privat, agar otakku patent
Hadiahku tas plastik
Boleh pesan di butik

Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan namamu guru Zirah body montok
Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku guru Zirah VeWe Kodok

Kalau setuju kita bolos sehari
Bohong sedikit mungkin Tuhan tak marah
Asmara tak bedakan, aku murid kau guru

Kebun binatang, lokasi yang ideal
Murah meriah, ongkos buat pacaran
Kutahu gaji ibu hanya cukup untuk beli tahu

Tidurpun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan namamu guru Zirah body montok
Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku guru Zirah body montok

Jauh

G D Em Bm
Pernah ada rasa cinta
C G Am D
Antara kita kini tinggal kenangan

G D
Ingin kulupakan
Em Bm
Semua tentang dirimu
C G Am D G
Namun tak lagi kan seperti dirimu oh bintangku

Reff :
G d Em Bm
Jauh kau pergi meninggalkan diriku
C G Am D
Disini aku merindukan dirimu
G D Em Bm
Kini ku coba mencari penggantimu
C G Am D G
Namun tak lagi kan seperti dirimu oh kekasih


Secret Words :

ku ingin memiliki nafasmu jikalau aku mati

Bisakah Aku memiliki nafasmu jikalau aku mati

Gelombang Pembebasan

Sorak sorai di jalan raya
Wajah beringas legam berkeringat
Panji-panji warna-warni
Berkibaran penuhi langit

Deru mesin meraung-raung
Asap hitam menari-nari
Ini gelombang suara pembebasan
Ataukah amarah membabi buta

Kami tak butuh sumpah serapah
Tidak mau lagi darah tumpah
Kenapa harus kehilangan cinta
Kami telah letih didera badai
Terlalu sedih untuk bersaksi
Suka tak suka sudah terjadi

Aku termangu memandang bunda
Wajahnya sayup penuh goresan luka
Menangis tanpa keluar air mata
Melihat anak cucunya merana
(Aku termangu memandang bunda
Wajahnya sayup penuh goresan luka
Menangis tanpa keluar air mata
Melihat anak cucunya merana)

Panji-panji warna-warni
Berkibaran penuhi langit

Gelisah

Anak muda di ujung jalan
Petik gitar jilati malam
Mata merah hatinya berdarah
Sebab apa tiada yang mau tahu

Pada kelelawar ia mengadu
Pada lampu-lampu jalan sandarkan angan
Pada nada-nada lontarkan marah
Pada alam raya ia berterus terang
Aku gelisah

Orang tua di remang-remang
Cari teman hamburkan uang
Senyum ramah tak ada di rumah
Sebab apa tiada yang mau tau

Pada kelelawar ia mengadu
Pada lampu-lampu jalan sandarkan angan
Pada nada-nada lontarkan marah
Pada alam raya ia berterus terang
Aku gelisah.. aku gelisah…
Aku gelisah

Gelisah jiwa bagai prahara
Orang muda, orang tua
Penuh amarah membabi buta
Gelisah hidup penjara dunia.. penjara dunia..
Padang gelisah panas membara
Hutan gelisah memagar hidup
Gelisah langit, muntahkan badai
Kebimbangan lahirkan gelisah
Jiwa gelisah bagai halilintar
Aku gelisah, aku gelisah

Orang-orang saling bertengkar
Untuk apa bukan soal lagi
Keserakahan sudah menjadi nabi
Kekuasaan adalah jalan keluar

Pada kelelawar ia mengadu
Pada lampu-lampu jalan sandarkan angan
Pada nada-nada lontarkan marah
Pada alam raya ia berterus terang
Aku gelisah.. aku gelisah…
Aku gelisah.. aku gelisah…

Orang muda penuh luka
Terkoyak nasib, tertikam gelisah
Membalik hidup, menerkam nasib
Gelisah badan, gelisah tidur
(gelisah tidur), gelisah tidur
Lingkaran gelisah, lingkaran setan
Menggelinding… (datang dan pergi) menggelinding…
Menggelinding… (di ujung jalan) membaca hidup… (membaca hidup)
Adakah orang (adakah orang tidak gelisah)
Adakah orang (adakah orang tidak gelisah)
Aku gelisah, aku gelisah…
Aku gelisah.....

Gaya Travolta

Go go go goyang
Gaya Travolta kaum remaja
Seperti
Mince, Dince, Ance, Luce
Mabok disko yang merajalela di ibukota
Lagi lagi gengsi yang mereka tonjolkan

Tante tante dan si om senang
Tak mau ketinggalan
Di jalanan pun dia latah
Pinggulnya bergoyang

Sebuah bemo datang dari belakang
Menubruk pantat tante

Keringat mengucur
Make up nya luntur
Si tante kecebur lumpur

Frustasi

Generasiku banyak yang frustasi
Broken home istilah bule bule luar negeri
Mereka muak lihat papi mami bertengkar
Mereka jijik lihat papi mami slalu keluar
Ada urusan yang tak masuk di akal
Mami.. sibuk cari bujangan
Papi.. sibuk cari perawan

Timbang kesal lebih baik aku berhayal
Jadi orang besar.. seperti Hitler yang tenar
Jadi orang tenar.. persis Carter juragan kacang

Mata cekung badan persis capung
Tingkah sedikit bingung.. pikiran mirip mirip orang linglung
Rambut selalu kusut.. disuruh selalu manggut-manggut
Duduk di sudut hei kasihan itu tubuh tinggal tulang sama kentut.. e…

Hei Mr. gelek.. loe tega mata gua kok nggak bisa melek
Hei Mr. gelek.. e.. duit gopek gua kira cepek
Hei Mr. gelek.. perut laper ada tape pas gua sikat asem-asem nggak tahunya telek
E.. dededededededededede dedededede dededede…

For Green And Peace

I am jealous of the moonshine
I am jealous of the sun's rays
oh sun, the sun above
you are the soul of live
moon, the full moon above
your light in this darkening
the world in the eyes for peace
and transquility water of love
you are the blood that runs through my veins......... 3 x
there are more and more conflicts
even without the treath of nuclear game
civilized economy and technology
did not bear the green peace movement
let us sing for the world
of green and peace
let us sing for the rejuvination
of the univer constitution
let's echo the word
let's star our revolution
for green and peace
people should wake up
sing ....... sing the song for the world of green and peace
human civilization
witness how greed ruins nature's harmony
the earth is shaltering, the atmosphere is heating up
the stars would never shine
the beginning of the millenium.....
bring war criminals
witness Bosnia, Somalia...... Indonesia
watch the world crumbles
plagued by terrorism
let's start our revolution for green and peace........ 4 x
the sun, the earth, the moon, and the stars
you are the witness for the universe constitution
and democracy made by men
could never solve probems
(world conflict)

Azan Subuh Masih Di Telinga

Ketika fajar menjelang terlihat dia melangkah enggan
Seirama dengan dendang subuh yang singgah di hati keruh
Sempit jalan berdesak bangunan memandang sinis mendakwa bengis
Perempuan satu dan hitamnya waktu

Dihapusnya gincu dengan ujung baju dibuangnya dengus berahi sejuta tamu
Hari pagi menyambut kau kembali mengusap nadi mengelus hati
Sesal di hatimu kian mengganggu

Kau reguk habis semua doa-doa dari surau depan rumah yang kau sewa
Tak terasa surya duduk di kepala azan subuh masih di telinga

Terdengar renyah tawa gadis sekolah menyibak tabir cerita lama
Di depan retaknya cermin yang telah usang menari dia seperti dahulu
Terdengar pelan ketuk pintu tegur anakmu buyarkan lamunan
Perempuan satu kian terbelenggu
Dihapusnya gincu dengan ujung baju dibuangnya dengus berahi sejuta tamu
Na..na na na na… na.. na na na na.. na na…
La..la la la la… na.. na na na na.. na na…

Tuesday, May 17, 2011

Eseks..Eseks..Udug..Udug..

Menangis embun pagi yang tak lagi bersih
Jubahnya yang putih tak berseri ternoda
Daun-daun mulai segan menerima
Apa daya tetes embun terus berjatuhan

Mengalir sungai-sungai plastik jantung kota
Menjadi hiasan yang harusnya tak ada
Udara penuh dengan serbuk tembaga
Topeng-topeng pelindung harus dikenakan

Ini desaku
Ini kotaku
Ini negriku..ya..

Robot-robot bernyawa tersenyum menyapaku
Selamat datang kawan di belantara batu
Kulanjutkan melangkah antara bising malam
Mencari tempat, mencari harapan

Aku melihat
Aku bertanya
Aku terluka..ya..

Wahai kawan hei kawan bangunlah dari tidurmu
Masih ada waktu untuk kita berbuat
Luka di bumi ini milik bersama
Buanglah mimpi-mimpi...buanglah...mimpi-mimpi

Engkau Tetap Sahabatku

Dia adalah sahabatku. Bahkan lebih.
Dia adalah yang diburu. Datang padaku.
Sekedar lepas lelah dan sembunyi. Untuk berlari lagi

Dia adalah yang terbuang
Mengetuk pintuku
Penuh luka dipunggungnya
Merah hitam
Dia menjadi terbuang
Setelah harapannya dibuang

Bapaknya pegawai kecil
Kelas sendal jepit
Dan kini didalam penjara
Sebab bela anaknya
Untuk darah daging yang tercinta
Selesaikan sekolah

Sahabatku gantikan bapaknya
Coba mencari kerja
Namun yang didapat cemooh
Harga dirinya berontak
Lalu dia tetapkan hati
Hancurkan sang pemuak

Air putih aku hidangkan
Aku di persimpangan
Aku hitung semua lukanya
Seribu bahkan lebih
Sejuta … lebih…

Pagi buta dia berangkat
Diam-diam
Masih sempat slimuti aku
Yang tertidur
Aku terharu
Doaku untukmu oo..

Sebutir peluru yang tertinggal
Dibawah bantalnya
Beri tali jadikan kalung
Lalu kukenakan
Sekedar mengingatmu kawan
Yang terus berlari

Selamat jalan kawan
Selamat renangi air mata
Hei sahabat yang terbuang
Engkau sahabatku. Tetap sahabatku.
Engkau sahabatku. Tetap sahabatku.

Engkau sahabatku. Tetap sahabatku.
Oo.. hmm…. Tetap sahabatku.
Oh.. kau sahabatku. Tetap sahabatku.
Engkau sahabatku. Tetap sahabatku.

Dunia Binatang

Ya..ya..ya..ya..mau makan, tak punya uang
Ya..ya..ya..ya..mau tidur, tak punya kasur
Ya..ya..ya..ya..jawablah, jangan diam saja
Kenapa orang susah, makin susah saja
Ya..ya..ya..ya..diamlah, jangan ngoceh saja
Mereka sudah bosan, tutup mulut saja

Ada macan mencakar macan, ular menggigit ular
Ada gajah membunuh gajah, kita yang terinjak.....ya..ha..ha..!

Mata liar dimana-mana, mencari mangsa yang lemah
Tangan-tangan yang penuh darah, menindas sambil tertawa
Ada maling teriak maling, ada musang berbulu domba
Monopoli menjadi-jadi, tangan besi merajalela

Ya..ya..ya..ya..jawablah, jangan diam saja
Mengapa orang susah, makin susah saja
Ya..ya..ya..ya..diamlah, jangan ngoceh saja
Mereka sudah bosan, tutup mulut saja

Doa Dalam Sunyi

Angin datang darimana
Merayapi lembah gunung
Ada luka dalam duka
Dilempar kedalam kawah

Memanjat tebing-tebing sunyi
Memasuki pintu misteri
Menggores batu-batu
Dengan kata sederhana
Dengan do'a sederhana

Merenung seperti gunung
Mengurai hidup dari langit
Jejak-jejak yang tertinggal
Menyimpan rahasia hidup

Selamat jalan saudaraku
Pergilah bersama nasibmu
Pertemuan dan perpisahan
Dimana awal akhirnya
Dimana bedanya

Doa-doa terdengar dalam sunyi
Doa-doa terdengar dalam sepi

Doa

Berjamaah menyebut asma Allah
Saling asah saling asih saling asuh
Berdoalah sambil berusaha
Agar hidup jadi tak sia-sia
Badan sehat jiwa sehat
Hanya itu yang kami mau hidup berkah penuh gairah
Mudah-mudahan Allah setuju
Inilah lagu pujian nasehat dan pengharapan
Dari hati yang pernah mati
Kini hidup kembali

Disco Cangkeling

Cing Cangkeling cindeten… Plos kakolong buleneng…
Cing Cangkeling cindeten… Plos kakolong buleneng…
Cangkeling 4x…
Cing Cangkeling cindeten… Plos kakolong buleneng…
Cing Cangkeling cindeten… Plos kakolong buleneng…
Cing Cangkeling manuk cingkleung cindeten…
Plos kakolong bapak satar buleneng…

Dimana

Sempat aku goyah, sekejap terjatuh, didalam arungi perjalanan
Pada kelam hari, akupun bersujud, nikmati semuanya tanpa tanya
Kucoba selami, dalamnya samudra, ikuti gelombang terjang karang
Tetap tak kudapat, apa yang kumau, hanya bimbang yang singgah dera jiwa
Cakar hati, penat smakin selimuti

Dimana senyummu, yang sanggup memberi rasa damai
Dimana belaimu, yang hangatkan nadiku yang beku
Hampir ku tak kuat, hampir ku tak mampu, lewati jalan kering berdebu
Dahaga meronta, letihku menggila, namun jarak masihlah teramat jauh
Batinku terapung, bosan ku melangkah, engkau tetap saja tak bergeming
Otakku berderai, lontarkan kecewa, tak mau percaya yang kau janjikan
Pada waktu detak jantung, semakin melemah...

Dimana senyummu, yang sanggup memberi rasa damai
Dimana belaimu, yang hangatkan nadiku yang beku
Setetes air yang kau beri kan berarti bagiku
Seulas senyum di sisa hari kan berarti bagiku

Di Ujung Abad

Cerita kuno tentang peperangan
Diujung abad menghantui setiap orang
Peralihan banyak memakan korban
Sementara segelintir tuan-tuan tertawa girang
Kekuasaan sudah menjadi tuhan
Pengkhianatan adalah panglima perang
Kesetiaan jadi janji murahan
Kisah inilah dongeng tidur bayi-bayiku
Bertahan hidup harus bisa bersikap lembut
Walau hati panas bahkan terbakar sekalipun
Keluh kesah ini mungkin berguna
Jadikan teman sejati di medan juang
Bisa jadi kita bosan tapi kenyataan
Badai datang tak bosan-bosan
Waspadalah kawan perjuangan masih panjang
Oi .. oi .. oi ..
Cerita kuno tentang peperangan
Di ujung abad menghantui setiap orang
Kesetiaan jadi janji murahan
Kisah inilah dongeng tidur bayi-bayiku

Di Hatimu Aku Berlindung

Ketika matahari membakar lautan
Ketika matahari membakar dunia
Ketika matahari membakar diri sendiri
Di hatimu aku berlindung

Ketika badai menghempaskan diriku
Ketika badai menutupi langkahku
Ketika badai menguncang-guncang hidupku
Di hatimu aku berlindung
a… a… a… a……

Ketika bumi ini tak berputar lagi
Ketika malaikat tak berdoa lagi
Ketika aku tak bisa bernyanyi lagi
Di hatimu aku berlindung

Ketika matahari membakar diri sendiri
Ketika matahari membakar diri sendiri
Di hatimu aku berlindung

Di Bawah Tiang Bendera

Kita adalah saudara
Dari rahim ibu pertiwi
Ditempa oleh gelombang
Dibesarkan zaman
Dibawah tiang bendera
Mhhhmmmm... Oyaeyo...oooo...oooo....oooo...

Dulu kita bisa bersama
Dari cerita yang ada
Kita bisa saling percaya
Yakin dalam melangkah
Lewati badai sejarah

Pada tanah yang sama kita berdiri
Pada air yang sama kita berjanji
Karena darah yang sama jangan bertengkar
Karena tulang yang sama usah berpencar
Indonesia...... Indonesia......

Mari kita renungkan
Lalu kita bertanya
Benarkah kita manusia?
Benarkah ber-Tuhan?
Katakan aku cinta kau

Pada tanah yang sama kita berdiri
Pada air yang sama kita berjanji
Karena darah yang sama jangan bertengkar
Karena tulang yang sama usah berpencar

Indonesia...... Indonesia......
Indonesia.... Oh Indonesia.....
Indonesia...... Indonesia......
Indonesia.... Oh Indonesia.....

Dendam Damai

Tak habis pikir aku tak mengerti, mengapa ada orang yang senang membunuh
Hanya karena uang semata, atau demi kuasa dan nama
Bagi kita rakyat biasa, tak berdaya ditodong senjata
Mencuri hidup yang hanya sekali, hanya berdo'a yang kita bisa

Dendam-dendam celaka, menghasut kita tak jemu menggoda
Damai-damai di mana, bersembunyi tak ada wujudnya
Kapan berakhirnya, situasi seperti ini
Tidak bisakah kita saling berpelukan, o o......

Bukankah indah hidup bersama, saling berbagi saling menyinta
Terasa hangat sampai ke jiwa, memancar ke penjuru dunia
Jangan goyah percayalah teman, perang itu melawan diri sendiri
Selamat datang, Kemerdekaan, kalau kita mampu menahan diri

Tak habis pikir aku tak mengerti, mengapa ada orang yang senang membunuh
Hanya karena uang semata, atau demi kuasa dan nama
Hanya karena itu semua, rela hancurkan tanah tercinta
Rela hancurkan tanah tercinta...

Dalbo

Sejak dilahirkan aku tak tahu
Siapa orang tuaku
Aku berpindah dari satu kasih sayang
Kesatu kasih sayang yang lain
Aku hisap air susu
Dari tetek banyak ibu
Merpati terbang melintasi
Membawaku pergi ke masa lalu
Ohhoo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Ohhoo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Ohhoo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Aku tak pernah bertanya
Tentang siapa orang tuaku
Walau aku memang merasakan
Ada sesuatu yang hilang
Sesuatu yang hilang
Aku bukan anak haram
Aku DALBO anak alam
Aku DALBO anak wayang

Condet

Kubuka jendela, sapa angin pagi
Ringan kau melangkah, songsong hidup ini
Hela lenguh lembu, halau burung-burung
Bocah tawa riang, canda di kali yang jernih

Bila malam, tembang di purnama
Yang memberi s'mangat hidup esok hari

Kubuka jendela, maki angin pagi
Berat kau melangkah, 'tuk dapatkan kesempatan
Roda teknologi enyahkan pedati
Bias rumah kaca lubangi paru bumi

Syair Ronggowarsito
Jerit dan keringat, gemuruhnya Rolling Stones
Api revolusi haruskah padam
Digantikan figur yang tak pasti

Colombia

Langit nampak murung seperti gelisah
Angin bawa kabar tentang duka di sana
Lolong anjing malam bawa pertanda
Alam bawa kisah unggas resah, beritakan tangis
Saat gelombang lahar hanyutkan ribuan manusia
Tanpa mau mengerti datang tepati janji

Waktu seorang ibu belai mesra anaknya
Gemuruhnya petaka singkirkan jeritan yang ada
Batu-batu telanjang menari di nurani
Hancurkan rumah-rumah, hancurkan kedamaian
Columbia, Columbia... Columbia, Columbia...

Sementara kita disini, tanpa beban bernyanyi
Sedangkan mereka gundah, disela ganasnya wabah
Sementara kita disini, asyik cumbui mimpi
Sedangkan mereka disana, rindukan riuhnya pesta

Ada sekuntum bunga mawar bercengkrama dengan lahar
Seorang bayi mungil begitu manis menyambut mati

Cinta

Orang bicara cinta, atas nama Tuhannya
Sambil menyiksa membunuh berdasarkan keyakinan mereka
Air mengalir, Angin berhembus…
Hening...hening...hening...

Doa-doa bergema, mata menetes darah
Satu lagi korban jatuh, tradisi lenyap dihisap marah

Tuhan ya Tuhan, namamu disebutkan
Disaat hidup, waktu sengsara, di pintu mati

Tuhan ya Tuhan 6 x
Cinta...

Cinta ya cinta, namamu diagungkan
Disaat hidup, waktu sengsara, di pintu mati

Cinta ya cinta 6 x
Tuhan...

Orang bicara cinta, atas nama Tuhannya
Sambil menyiksa membunuh berdasarkan keyakinan mereka
Doa-doa bergema, mata menetes darah
Satu lagi korban jatuh, tradisi lenyap dihisap marah

Cikal

Kerbau di kepalaku ada yang suci
Kerbau di kepalamu senang bekerja
Kerbau di sini teman petani
Ular di negara maju menjadi sampah nuklir
Ular di dalam buku menjadi hiasan tattoo
Ular di sini memakan tikus

Kerbau ku kerbau petani ular ku ular sanca
Kerbau ku teman petani ular ku memakan tikus
Kerbau ku besar kerbau ku seram
Tetapi ia bukan pemalas
Hidupnya sederhana ehem.. ehem..

Sancaku besar sancaku seram
Mengganti kulit keluar sarang makan dan bertapa
Hidupnya sederhana
Ularku ular sanca
Kerbau ku kerbau petani
Ularku memakan tikus
Kerbau ku teman petani

Walau kerbauku bukan harimau
Tetapi ia bisa seperti harimau
Kerbau ku tetap kerbau
Kerbau petani yang senang bekerja
Sanca ku melilitnya
Kerbau ku tidak terganggu
Karena sancaku dan kerbau temannya petani
Ehem… ehem…

Lalu dimana anak-anak sang tikus
Bayi… bayi… bayi… murni dan kosong
Bayi… bayi… bayi… bayi ya bayi

Kalau kita sedang tidur dan tiba-tiba saja kita terbangun
Karena lubang hidung kita terkena kumis harimau
Mungkin kita akan lari … ya … laari…
Tetapi bayi ku tidak…
Bukan karena bayi ku belum bisa berlari…
Aku percaya… aku percaya…
Bayi ku tidak akan pernah berfikir bahwa harimau itu jahat
Bayi ku menarik-narik kumis dan memukul-mukul mulut harimau
Harimau malah memberikan bayi ku mainan
Bayi ku menjadi bayi harimau bayi harimau anak petani
Seperti sanca melilit kerbau
Ia ada di gorong-gorong kota
Lantas apa agamanya

Kerbau ku kerbau petani ular ku ular sanca
Bayi ku murni dan kosong
Dia ada di gorong-gorong kota
Kerbau ku kerbau petani ular ku ular sanca
Bayi ku bayi harimau
Dia ada di gorong-gorong kota

(Bayiiii bayiiii bayiiiii… murni dan kosong)
(Bayiiii bayiiii bayiiiii… bayi harimau)
(Bayiiii bayiiii bayiiiii… yang berkalung sanca)
(Bayiiii bayiiii bayiiiii… yang disusui kerbau)

Cendrawasih

Sayap-sayap kita bagaikan cendrawasih
Kabarkan beribu duka alam gaib hatiku luka
Ada durhaka terjungkal merintih mengiba
rindu tergoda oleh tembok
Dendam menampakkan wajah gelap
Tetes air mata arah malaikat
Berjatuhan baka... tapi roh akal kesibukan
Keras menindas mamahami......
Sayap-sayap kita bagaikan cendrawasih
kabarkan cerita penyanyi bagai bulan didalam bayangan
Menghadirkan ke ,agar maca di bibir tebing kelam tinggi
Lirih terdengar lambang berdo'a, gaya terbitkan kebebasan
Yang laksana aroma di tengah kita tercium dari puncak gunung
Tergelincir nada temaram

Sayap-sayap... cendrawasih
Dibawa luka karena keindahan kesadaran bersama dengan
merdeka nyanyi jiwa membenci sayapnya
Ada pegangan wahai cendrawasih
Lingkar matamu hitam letih terdengar

Cemburu

G D/F# G
Setiap orang berharap hidupnya lebih baik
C G
Dari hari ke hari dari waktu ke waktu
G D/F# G
Setiap orang tak ingin hidupnya menderita
C G
Tentu saja ingin bahagia tak ingin terhina
Am Em Bm C
Tapi mengapa begitu banyak yang tak baik
Am Em Bm C D
Hidupnya susah terlunta-lunta jiwa dan raganya

G D/F# G
Ada kamu yang mengatur ini semua
C G
Tapi rasanya percuma…
G D/F# G
Ada juga yang menjanjikan indahnya surga
C G
Tapi neraka terasa…
Am Em Bm C
Ingin bersyukur tapi tak semudah tutur
Am Em Bm C D
Canggung jalani hidup yang terasa hanya kewajiban saja
G C D G
Cemburu pada samodra yang menampung segala
G C D G
Cemburu pada sang ombak yang selalu bergerak

G D/F# G
Di meja judi mempertaruhkan sepenggal waktu
C G
Setengah mabok mencoba mencuri nasib
G D/F# G
Sebentar menang sebentar kalah itulah gelombang hidup
C G
Di sisa hidup agar tetap hidup
Am Em Bm C
Tapi mengapa semua seperti mimpi
Am
Tak ada yang abadi
Em Bm C D
Kapal ini pun akhirnya berhenti di dermaga sepi

G C D G
Cemburu pada samodra yang menampung segala
G C D G
Cemburu pada sang ombak yang selalu bergerak
G C D G
Cemburu pada samodra yang menampung segala
G C D G
Cemburu pada sang ombak yang selalu bergerak

Am Em Bm C
Tapi mengapa begitu banyak yang tak baik
Am Em Bm C D
Hidupnya susah terlunta-lunta jiwa dan raganya
Am Em Bm C
Ingin bersyukur tapi tak semudah tutur
Am Em Bm C D
Canggung jalani hidup yang terasa hanya kewajiban saja
Am Em Bm C
Tapi mengapa semua seperti mimpi
Am
Tak ada yang abadi
Em Bm C D
Kapal ini pun akhirnya berhenti di dermaga sepi

G C D G
Cemburu pada samodra yang menampung segala
G C D G
Cemburu pada sang ombak yang selalu bergerak
G C D G
Cemburu pada samodra yang menampung segala
G C D G
Cemburu pada sang ombak yang selalu bergerak
A D E A
Cemburu pada samodra yang menampung segala
A D E A
Cemburu pada sang ombak yang selalu bergerak
G C D G
Cemburu pada samodra yang menampung segala
G C D G
Cemburu pada sang ombak yang selalu bergerak

Cantik Munafik

Tinggi smakin tinggi, akal memang untuk mencari
Lewat akalku aku mencari
Sampai batas mana apa yang selalu dicari
Hidup tak terasa memang mencari

Pada saat lelah bersandar rasa terjadi
Melangkah mencari lelahku terjadi
Aku tak mampu berbuat lebih hari ini
Lewat lelah aku coba mampu menikmati

Sewaktu akan berharap kadang bagai janji
Harapan menjadi rela apapun terjadi
Menanti saat yang ada segra akan kembali
Melangkah mencari lelahku terjadi

Aku tak mampu berbuat lebih hari ini
Saat lelahku datang aku tak mampu mencari
Memang tak perlu menolak saat yang terjadi
Lewat lelah aku coba mampu menikmati

Bagai titik air bumiku pasti kembali
Air mengalir kembali mencari… ooo…ooo…
(lewati lelah terjadi)
Mengalir air di bumi mencair lalu mencari
Lewati lelah terjadi kembali pergi mencari

Cair Lalu Mencair

Tinggi smakin tinggi, akal memang untuk mencari
Lewat akalku aku mencari
Sampai batas mana apa yang selalu dicari
Hidup tak terasa memang mencari

Pada saat lelah bersandar rasa terjadi
Melangkah mencari lelahku terjadi
Aku tak mampu berbuat lebih hari ini
Lewat lelah aku coba mampu menikmati

Sewaktu akan berharap kadang bagai janji
Harapan menjadi rela apapun terjadi
Menanti saat yang ada segra akan kembali
Melangkah mencari lelahku terjadi

Aku tak mampu berbuat lebih hari ini
Saat lelahku datang aku tak mampu mencari
Memang tak perlu menolak saat yang terjadi
Lewat lelah aku coba mampu menikmati

Bagai titik air bumiku pasti kembali
Air mengalir kembali mencari… ooo…ooo…
(lewati lelah terjadi)
Mengalir air di bumi mencair lalu mencari
Lewati lelah terjadi kembali pergi mencari

Bunga Matahari

Embun selembut wajahmu
Fajar secerah senyummu
Merdu burung bernyanyi
Merdu janji janjimu
Kau tumpahkan cintamu
Bergelora jiwa jantanku

Berjanji setubuhi indraku
Matahari seindah kasihmu
Kuberikan segalanya oh jantung hatiku
Kukorbankan kurelakan
Demi bunga matahariku

Tetapi kini semua
Hampa karena kau terbang
Sebagai angin senja

Bunga matahariku
Bunga mata hatiku
Sirnalah impian indahku

Retaklah daya cinta
Kau sirnakan lautan
Kasih sayangku ini
Kau ratakan gunung cinta
Bunga bunga hatiku
Matahariku

Halilintar getarkan jiwaku
Bergetar dibelah asmara
Kurelakan kukorbankan
Segala galanya
Aku masih tetap tegar
Diterjang badai asmara

Bunga mata hatiku
Bunga matahariku

Bunga mata hatiku
Bunga matahariku

Bidadari Senjakala

Wajah langit senja hari
Ada kelelawar melayang
Laut yang bergolak didepanku . . . . . yaa . . . . . haa
Wajah itu datang lagi
Mendatangiku memanggilku
Wajah yang berduka
Aku memelukmu mencium keningmu
Tatap matamu membara
Membakar hidupku
Suaramu bergairah
Menenangkanku
Membara . . . . . . . membara
Pandanganku membara
Tubuhmu yang hangat
Menghangatkan tubuhku
Lagu ini untukmu
Mimpi ini untukmu
Duka datang dan pergi
Datangnya silih berganti
Oh . . . . . . oh . . . . . oh . . . . . .
Sering aku tak mampu bicara
Terdiam s'perti patung bernyawa
Sering aku tak mampu menjawab
Aku tak tahu harus bagaimana
Bidadari senja kala
Menari untukku . . . . . untukku
Masih ada cahaya di wajahmu . . . . di wajahmu
Nyanyian di senja hari membuatku rindu
Jangan berhenti memandang jangan berpaling
Jangan berhenti mencintai jangan berhenti
Aku tahu apa artinya senyum di bibirmu

Berburu Diburu

Aku berjuang melawan badai kehidupan
Mengembara di belantara perang peradaban
Memburu falsafah lepas dari barat ke timur
Memburu perpustakaan alam semesta raya

Aku merasa lahir kembali di awal revolvere
Meyakini sinar tawazum jalan tengah hidupku
Melihat akhirat nyata bagi matahati tak buta takwa
Melihat jalan diatas kebenaran adalah penghulu ibadah

Aku menari diatas sinar pelangi memburu langit biru yang langka
Aku menari diatas sinar pelangi memburu belantara hijau yang sirna
Aku menari diatas sinar pelangi memburu sinar mentari ditelan awan hitam
Aku menari diatas sinar pelangi memburu harmoni kehidupan semesta
Alam semesta

Aku berjuang memburu kebenaran.. pastilah kepastian hidup…
Bergolak kemerdekaan jiwa.. menjadi semangat jiwa demokrat…
Berburu diburu hujat hujat dan fitnah.. wastamu dari revolvere…
Berburu diburu sejuta lawan tak gentar.. bersama semangat kesatria…

Berandal Malam Di Bangku Terminal

Sebentar lagi pagi kan datang
Walau sang bulan malas untuk pulang
Dibangku terminal benakmu bertanda
Gelisah seorang merasa terbuang

Sedetik ingatnya seribu angannya
Dambakan malam terus berbintang
Dibawah sadarnya nasib bercerita
Hangatnya surya bara neraka

Sampai kapan kau akan bertahan
Dicaci langit tak sanggup menjerit
Hitam awan pasrah kau jilati
Kusam kau dekap
Dengan muak kau lelap
Pagi yang hingar dengan sadar (eng)kau gentar

Jangan-jangan pagi kau hadirkan
Biarkan malam biar terus berjalan
Jangan-jangan mentari kau terbitkan
Jangan-jangan pagi kau datangkan
Kumohon dan aku harapkan
Jangan-jangan mentari kau terbitkan....

Dengarlah Tuhan
Apa yang dibisikan
Berandal malam di bangku terminal

Monday, May 16, 2011

Bencana Alam

Sekian manusia resah menatap wajah sesamanya
Duka karena bencana
Petaka menimpa diri dan dalam hatinya berkata
Besarkah dosa hamba ?
Menjelang saat ajal daku membayang
Gapai tangan minta tolong semua
Bencana alam melandanya
Kehendak yang kuasa
Peringatan kah bagi kita ?
Manusia di dunia
Karena kita tlah saling cinta harta benda dan kuasa
Tanpa pandang kebenaran dan tanpa pandang keadilan
Bencana alam melandanya
Tiada seorangpun kuasa menekan
Bencana alam melandanya
Miskin kaya kena petaka yang sama
Akhirnya ku merenung pula
Mengapa bencana alam meraja ?
O.. oh.. aku tak kuasa
Mungkinkah kau merenung juga ?
Mengapa bencana alam meraja ?
O.. oh.. ampunilah yang kuasa
O.. oh.. ampunilah semua

Banteng Kantata

Ragaku banteng laga jiwaku welang liar
Suara jerit kalbu insan gerah kemba duka gunda
Kebebasan datang gema jiwa merdeka
Berani keluar lubang jiwa muda bergerak

Hutan tara berbunga lepas belenggu kehidupan
Bukan harimau sirkus rumahmu belantara liar

Banteng laga liar.. banteng laga liar…
Banteng laga liar.. banteng laga liar…
Banteng laga liar.. banteng laga liar…
Banteng laga liar.. banteng laga liar…

Semua merasa reformis tokek-tokek tertawa liar
Semua bicara kebenaran yang ada hanya pembenaran
Banteng hitam menggeliat …euphoria menyambar
Saatnya membuang masa lampau hitam
Memutar etetis semesta masa depan

Banteng laga liar.. banteng laga liar…
Banteng laga liar.. banteng laga liar…

Didalam kobaran api banteng-banteng kantata bersemi
Di bumi yang hangus hati slalu bertanya
Apalagi kita punya..
Apakah masih ada harga cinta..

Di bumi yang hangus hati selalu bertanya
Apakah kita masih manusia..
Apakah agama betul ada..
Timbang kau bumi.. timbang kau bumi…
Banteng-banteng kantata luka cedera

Di bumi yang hangus hati selalu bertanya
Hari ini maut giliran siapa..
Hari ini siapa membunuh siapa..

Di bumi yang hangus.. di bumi yang hangus
Cita-cita percuma.. cita-cita percuma.. munafik jadinya…
Di bumi yang hangus.. di bumi yang hangus
Kau bakar anak burung.. kau bakar rumputan dan bunga-bunga…
Di bumi yang hangus.. di bumi yang hangus
Kau bakar anak-anakmu.. kau bakar ayah dan ibumu…

Aku Milikmu

(tapi satu, kamu harus siap, kalau suatu saat nanti kamu mesti berpisah…awas Ton…)
G A D 4x
D A D A
Kupikir kau sudah melupakan aku
D A Em A
Ternyata hatimu masih membara untukku… (aw…)
D A D A
Waktu kan berlalu tapi tidak cintaku
D A Em A
Yang mau menunggu untukmu untukmu…
G A D
Aku milikmu malam ini
G A D
Dan memelukmu sampai pagi
G A D
Tapi nanti bila ku pergi
G A D
Tunggu aku di sini
(ya.. kamu harus sungguh-sungguh, karna cinta bukan mainan, kowe ki cah lanang… kamu harus berani bertanggung jawab…)

D A D A
Waktu kan berlalu tapi tidak cintaku
D A Em A
Dia mau menunggu untukmu untukmu…

G A D
Aku milikmu malam ini
G A D
Dan memelukmu sampai pagi
G A D
Tapi nanti bila ku pergi
G A D
Tunggu aku di sini

G A D
Aku milikmu malam ini
G A D
Dan memelukmu sampai pagi
G A D
Tapi nanti bila ku pergi
G A D
Tunggu aku di sini
G A D
Tunggu aku di sini
G A D
Tunggu aku di sini

Balada Pengangguran

Oh, apa jadinya, eh ini apa...
Oh, apa jadinya, eh aku lesu...

Dibolak-balik, dinalar-nalar, tanpa logika, o ya...
Diraba-raba, diterka-terka, tidak terduga, o ya...
Wo... ho... 4 x misteri…
Ijasah tidak ada gunanya, ketekunan tidak ada artinya
Pembangunan, o... pengangguran, ya...
Ya ha ha ha... o ya......
Oh, penerangan, o... kegelapan, ya...
Putus asa... o ya... o ya... o.....
Akan merampok takut penjara, menyanyi tidak bisa
Bunuh diri ku takut neraka, menangis tidak bisa
Kaki lima, o... kaki lima, ya...
Kaki lima, o... o ya......
Makan debu, huh... makan debu, yah...
Ya janji palsu... o ya......

(lagu Padamu negeri......)

Dibolak-balik, dinalar-nalar, tanpa logika, o ya...
Diraba-raba, diterka-terka, tidak terduga, o ya...

Menghutang lalu lagi menghutang, tau-tau menipu
Pembangunan, o... pengangguran, ya...
Pengangguran, o... o ya......
Penyuluhan, o... kegelapan, ya...
Putus asa, o... o ya......

Balada Orang-Orang Pedalaman

He.....ya ya ya he ya ho...)
He.....ya ya ya ho ya he...)3x

Balada orang-orang pedalaman

He.....ya ya ya ho ya he...
He.....ya ya ya he ya ho...

Di hutan di gunung dan di pesisir
He....ya...ya...ya...he...ya....ho
Manusia yang datang dari kota he…
Tega bodohi mereka yaho…
Lihatlah tatapannya yang kosong he…
Tak mengerti apa yang terjadi
He ya ya ya he ya ho
Tak tajam lagi tombak, panah dan parang
He ya ya ya ho ya he
He ya ya ya he ya ho
Tak ampuh lagi mantra dari sang pawang
He ya ya ya he ya ho
Dimana cari hewan buruan, he…
Yang pergi karena senapan, yaho…
Dimana mencari ranting pohon, he…
Kalau sang pohon tak ada lagi, ya…

Pada siapa mereka tanyakan hewannya
Ya...pada siapa tanyakan pohonnya
Saudaraku di pedalaman menanti
Sebuah jawaban yang tersimpan di langit
Jawabmu...kembali…

Balada orang-orang pedalaman
Yang menari dan beryanyi
Dihalau bising ribuan deru gergaji
o.. o… o… o… ooooo…

Badut 1

Badut diatas panggung tanpa penonton didepannya
Tak ada beda antara tangis dan tawanya
Hanya beramah tanya selalu berputar menghibur diri sendiri
Tak ada lagi yang dapat dikerjakan saat itu
Mereka meninggalkan badut pergi sambil mencaci maki
Tinggallah sang badut tegak berdiri memberikan kemuliaan
Sedang dalam hatinya dia menangis badannya bergetar
Dipaksakan juga melihat semua di depan
Mengunci diri dalam kamar riasan, memandang wajahnya di kaca
Dibenturkan kepalanya di kaca sambil menyesali diri dalam kamar
Melihat wajahnya di kaca yang retak matanya berdarah
Diambilnya pecahan kaca ditancapkan ke dadanya
Dia lupa diri hidupnya memang ya badut
Dia mengakhiri hidupnya dengan berpakaian badut
Akhir seorang badut yang sangat malang
Terkapar sendiri dalam kamar

Ayolah Mulai

Kita satu daratan, kita satu lautan, kita satu udara
Kita satu kebutuhan
Utara, selatan, timur dan barat adalah arah
Kenapa bumi harus dipecah? Kenapa langit dibelah-belah?
Harus ada yang menyatukan, harus ada kesadaran untuk bersatu
Hidup ini sementara, kenapa mesti saling menyakiti

Dari kebudayaan bisa saja kita berbeda
Dari agama dan warna kulit bisa juga berbeda
Seharusnya perbedaan ini tak membuat kita jadi berbeda
Kenyataan sudah membuktikan soal kita sama

Bahwa ada yang bilang kita ini turunan monyet
Turunan dewa, turunan setan sekalipun
Buatku bukan menjadi alasan untuk bermusuhan
Apalagi saling membunuh

Karena ulah sendiri kita terancam dari mana-mana
Karena ulah kita sendiri kita menderita
Kalau perang bukan penyelesaian kenapa tidak berdamai saja
Kenapa kita tidak bisa untuk saling percaya

Sekarang juga kita harus mulai
Tak ada istilah terlambat untuk mulai
Mulai dari diri kita sendiri
Biarkan cahayanya membangunkan orang yang tidur

Memang bukan hal yang mudah untuk mulai
Tetapi kita harus mulai
Selagi kita masih diberi kesempatan untuk hidup
Ayolah kita mulai
Ayolah kita mulai

Awang-Awang

Jika kata tak lagi bermakna
Lebih baik diam saja
Jika langkah tak lagi bermata
Langkah buta, terjang saja

Melayang terbang melayang
Melayang diawang-awang
Melayang terbang melayang
Diatas samudera terbentang

Berlari aku berlari
Menembus hari
Berlari aku berlari
Menembus hari

Bagaimana bisa berhenti
Sedang kita belum melangkah
Bagaimana bisa kembali
Sedang kita tak tahu sampai dimana

Berlari aku berlari
Menembus hari
Berlari aku berlari
Menembus hari

Jika kata tak lagi bermakna
Lebih baik diam saja
Jika langkah tak lagi bermata
Langkah buta, terjang saja

Bagaimana bisa mengerti
Sedang kita belum berfikir
Bagaimana bisa dianggap diam
Sedang kita belum bicara

Bagaimana bisa mengerti
Sedang kita belum berfikir
Bagaimana bisa dianggap diam
Sedang kita belum bicara

Melayang terbang melayang
Melayang.. melayang.. melayang.. melayang….

Bagaimana bisa mengerti
Sedang kita belum berfikir
Bagaimana bisa dianggap diam
Sedang kita belum bicara

Melayang terbang melayang
Melayang diawang-awang
Melayang terbang melayang
Diatas samudera terbentang

Astina

Alangkah sulit menangkap maling di negeri maling
Di Astina kulon…
Negara maling kleptokrat namanya birokrat maling
Peraturan maling….

Hidup subur kleptomani
Subur makmur kleptokrasi
Jangan coba nangkap maling
Malah nanti kau kebanting

Kleptokrat kleptokrasi
Citraksa citraksi
Puri sawah resikonya

Asmara dan Pancaroba

Awan hitam semakin legam, hujan panas silih berganti
Gelombang panas menyengat bumi, insan merintih tak berhenti
Rintih tangis di malam hari, jerit pilu menyayat kalbu
Wajah sendu menanti pagi, hujan badai berhenti
Kicau burung ramai bernyanyi, tanda musim berganti
Kasihku kau datang berlari, menjemput hatiku yang sepi
Kini ku bersama kembali, seperti dahulu berseri
Asmaraku yang telah pergi, kini bersemi lagi

Apakah Aku Benar-Benar Memilikimu

Am G F E
Tlah kuberikan semua yang ada didalam jiwa
Am G F E
Tak tersisa walau sekecil debu
Am G F E
Kuikhlaskan goresan rasa namun kata yang indah
Am G F E
Selalu berlabuh… di tempat yang salah
Am G F E
Hari sepi menikam dalam
Am G F
Tak adakah secercah harapan
Am G F E
Biduk cinta yang hampir karam coba aku tahan
Am G F E
Sempat goyah… sempat aku bosan
Am G F E
Hasrat hati yang kini terganggu oleh rasa ragu
Am G F E
Kemanakah… rindu yang kemarin
Am G F E Am G F E
Ungkapkanlah isi hatimu jangan pernah berpaling dariku
Am G F E Am G F E
Tunjukkanlah rasa cintamu, jangan sampai aku bertanya
Am G F E
Apakah aku benar benar memiliki…
Am G F E
Hari sepi menikam dalam
Am G F
Tak adakah secercah harapan

Am G F E Am G F E
Ungkapkanlah isi hatimu jangan pernah berpaling dariku
Am G F E Am G F E
Tunjukkanlah rasa cintamu, jangan sampai aku bertanya
Am G F E
Apakah aku benar benar memiliki…

Am G F E Am G F E
Ungkapkanlah isi hatimu jangan pernah berpaling dariku
Am G F E Am G F E
Tunjukkanlah rasa cintamu, jangan sampai aku bertanya
Am G F E
Apakah aku benar benar memiliki…
Am G F E Am
Apakah aku benar-benar memiliki… kamu…

Angin dan Ingin

Daa… daa… da…
Sambil tersenyum dan tanpa beban oo… oo…
Sepanjang jalan tarik perhatian oo… oo…
Rambutnya panjang rampingnya pinggang
Celana blue jeans mengukir tubuhnya sempurnya.. aa…
Tua muda berangan melihatnya oo… oo…
Seperti aku ingin bersamanya oo… oo…
Tapi sayangnya
Angan dan ingin seperti angin…
Tiada habisnya, tiada hentinya melayang
Tiada habisnya, tiada hentinya menggoyang
Tiada habisnya, tiada hentinya menantang
Tiada habisnya, tiada hentinya
Sehingga hujan turun mengecewakan
Daa… daa…
Tapi sayangnya
Angan dan ingin seperti angin…

Anak Zaman

Aku tanamkan benih hidup
Aku sirami dengan doa
Tumbuh, tumbuhlah pohon kehidupan
Mekar, mekarlah bunga harapan

Burung terbang menelan bintang
Dingin mencekam menakutkan
Bunga bunga api menari-nari
Waspada, waspadalah pancaroba

Hari baru telah datang
Bunga-bunga masa depan
Telah datang perubahan
Bintang-bintang anak zaman

Anak Wayang

Mengembara memahami makna cinta
Mengurai kata di lautan jiwa
Di hadapanmu aku tak bisa berdusta
Mencitaimu adalah mencintai hidup

Anak wayang di ambang gamang
Berlayar di samudera telanjang
Membawa api menjelajahi cakrawala
Di mana air mata bukan lagi duka

Hela la la hela la la hela la la...
Hela la la hela la la hela...

Merindukanmu di saat hilang arah
Memelukmu lalu meninggalkanmu
Aku sudah basah, aku pasrah
Mencitaimu adalah mencintai hidup

Aku bukan sedang berduka
Aku sedang menghadapi cinta
Aku sedang menghadapi prahara
Di mana air mata bukan lagi duka

Hela la la hela la la hela la la...
Hela la la hela la la hela...

Ambisi

Langkahmu pelan tertatih dengan denyut nadi nyaris terhenti
Namun jangan padam ambisi
Rambutmu kusut tak rapi melekat di tubuh sejuta daki
Namun jangan padam ambisi namun jangan padam ambisi
Tak berkaki coba untuk berlari tak berjari cengkeram berulang kali keinginan di hati
Sinar terang lampu mercury pasti akan engkau dapati
Tentu berbekal ambisi tentu tak tinggal ambisi
Tak bermata pandang dunia dengan jiwa
Tak bertelinga jangan cepat kecewa heeuhh... heeuhh... heeuhh...
Tak berkaki coba untuk berlari tak berjari cengkeram berulang kali keinginan di hati

Alasan

Satu pengumuman, buat pemuda dan pemudi
Yang tercinta, dan tersayang
Bila bapak ibu pergi
Ibu pamit arisan, dan bapak pamit rapat kerja
Itu tandanya engkau harus waspada
Lebih baik kau tegur saja
Ibu arisan berapa jam
Bapak rapat berapa bulan
Sebab di jaman sekarang penipuan maju di segala bidang
Jaman modern katanya
Arisan lha kok sepuluh jam, anehnya bersolek lima jam
Di salon Sri bahenol, nyeksi… ongkosnya seharga mercy
Jaman modern katanya
Rapat kerja lha kok tiga puluh hari, anehnya bawa mobil pribadi
Wajah berseri-seri, tampak girang sekali
Tanda tanya pasti dalam hatimu
Tahukah engkau kawan
Arisan singkatan Aku Rindu Sama Anton
Arisan singkatan Aku Rindu Sama Anton
Rapat kerja singkatan
Rapat empat mata ke rumah Jamilah, Jaitun, Janda muda
Rapat empat mata ke rumah Jamilah, Jaitun, Janda muda

Alam Malam

Malam-malam terjebak, didalam keraguan, mana utara mana selatan
Melihat ketegangan, melihat kegelapan, melihat banyak pertanyaan
Apa, siapa, mengapa orang-orang bingung. Apa, siapa, mengapa jangan bingung-bingung
Biar saja, suka-suka, jangan hiraukan mereka biar saja 2x
Alam malam, alam malam, alam ma ya da da alam malam 2x

Menjadi anak alam lahir di ujung malam, bumi bunda, bapak angkasa
Merasakan udara, membawa peristiwa, merenungkan pengalaman
Apa, siapa, mengapa orang-orang bingung. Apa, siapa, mengapa jangan bingung-bingung
Biar saja, suka-suka, jangan hiraukan mereka biar saja 3x

Mendengar lagu baru, nyanyikan lagu lama, bermain bersama-sama
Menempuh kebebasan, membebaskan tempuhan, mengalami kekosongan
Apa, siapa, mengapa orang-orang bingung. Apa, siapa, mengapa jangan bingung-bingung
Biar saja, suka-suka, jangan hiraukan mereka biar saja 2x
Alam malam, alam malam, alam ma ya da da alam malam 2x

Hai apa yang dicari, nggak usah cari-cari, semuanya ada disini
Dimana kehidupan, disitulah jawaban, jawabannya nyanyikanlah
Nyanyi, menyanyi, nyanyikan Indonesia Raya
Bingung, merenung, merenung, menjadi gunung. Bingung mengalir, mengalir, menjadi air
Bingung, merenung, merenung, menjadi gunung. Mengalir mengalir, mengalir, menjadi air
Biar saja, suka-suka, jangan hiraukan mereka biar saja
Bingung, merenung, merenung, menjadi gunung. Mengalir mengalir, mengalir, menjadi air 3x
Alam malam, alam malam, alam ma ya da da alam malam 2x

Aku Bosan

Papi ku belum pulang, mami ku belum pulang
Kakak ku belum pulang, katanya cari uang
Hanya ada pembantu, mengurusi hidup ku
Hanya ada televisi, menemani hari ku

Aku bosan, aku bosan, aku bosan
Bosan...bosan...bosan...bosan...
Aku bosan, aku bosan, aku bosan
Bosan...bosan...bosan...bosan...

Ketika papi pulang, mukanya sangat tegang
Ketika mami pulang, menyapa hallo sayang
Ketika kakak pulang, jalannya sudah goyang
Katanya cari uang, katanya cari uang

Aku bosan, aku bosan, aku bosan
Bosan...bosan...bosan...bosan...
Aku bosan, aku bosan, aku bosan
Bosan...bosan...bosan...bosan...

Aku Berjalan

Aku berjalan di atas jembatan waktu hari siang tengah keramaian kota
Kupandang kebawah berhimpit gubuk liar tempat tinggal gelandangan
Tampak anak kecil gunduk tenang menggaruk koreng di tepi sungai yang kotor
Di seberang sana aku melihat seorang ibu duduk sedang melamun
Kan adakah masa depan yang cerah bagi orang seperti dia
Dan tegakah melihat saudara kita hidup menderita

Kupandang kebawah berhimpit gubuk liar tempat tinggal gelandangan
Tampak anak kecil gunduk tenang menggaruk koreng di tepi sungai yang kotor
Di seberang sana aku melihat seorang ibu duduk sedang melamun

Kan adakah masa depan yang cerah bagi orang seperti dia
Dan tegakah melihat saudara kita hidup menderita

Ada Lagi Yang Mati

Aku lihat orang yang mati
Diantara tumpukan sampah
Lehernya berdarah membeku
Bekas pisau lawannya tadi malam

Depan pasar dekat terminal
Pagi itu orang berkerumun
Melihat mayat yang membusuk
Tutup hidung sesekali meludah

Aku lihat orang menangis
Disela gaduhnya suasana
Segera aku menghampiri
Dengan bimbang
Kubertanya padanya

Rupanya yang mati sang teman
Teman hitam hidup sepaham
Banyak kisah yang dilewati
Ia berdua ikat tali saudara

Sementara surya mulai tinggi
Panas terasa bakar kepala

Sisa darah orang yang mati
Disimpannya di dalam hati
Lalu diam seperti batu
Sampai...malam
Sampai semuanya pergi

Depan pasar dekat terminal
Adalagi orang yang mati
Lehernya berdarah membeku
Bekas pisau lawannya tadi malam

Sementara surya mulai tinggi
Panas terasa bakar kepala

Dendam ada dimana-mana
Di jantungku di jantungmu
Di jantung hari-hari
Dendam ada dimana-mana

Sohiba

O.. sohiba
O.. sohiba
O.. sohiba...
O.. sohiba
O.. sohiba
O.. sohiba...

*
Kedekatanku pada dirimu, hanyalah sebatas teman
Kasih sayangku pada dirimu, kasih seorang teman

O.. sohiba
O.. sohiba
O.. sohiba…
O.. sohiba…

Musik

Ha..ha…Ha..ha..
Ha..ha…Ha..ha..

Tiada terbantahkan kau cantik rupawan
Hingga banyak pria yang jatuh ketawan
Namun dimataku cantik wajahmu
Semakin menambah nilai pertemanan

O.. sohiba
O.. sohiba
O.. sohiba...
O.. sohiba

Ha..ha…Ha..ha..
Ha..ha…Ha..ha..

Bila engkau bahagia,.. akupun bahagia
Bila kau bersedih,.. hatiku pun sedih
Bila kau gembira.. aku pun gembira
Bila kau merana.. aku pun merana

O.. sohiba
O.. sohiba
O.. sohiba...
O.. sohiba

Back *

Ada

Ada yang ada, ada yang tak ada, nyatanya ada, nyatanya tak ada
Antara ada, antara tak ada, ada antara, diantara ada dan tak ada

Hanya tak terasa ada disana, hanya tak terasa ada disini
Hanya tak terasa apa yang dirasa, ada dan tak ada mungkin tak berbeda

Antara ada disini rasa disini
Ada antara disana, dimana rasa
Ya..ya..ya..ya… 4x

Antara ada disini nalar disini
Ada antara disana, dimana nalar
Ya..ya..ya..ya… 2x

Ada dan tak ada nyatanya ada
Menari dan bernyanyilah, langit dan bumi nyatanya ada
Masih tersimpan di cakrawala

8,8 mm Dalam Kuasamu

Usai sudah kata kataku
Sendiri terkunci disini
Menatap belukar karang terjal
Arang semua mimpiku

Coba singkirkan gamang hati
Menjadi belati sendiri
Menembus dinding kelam langit hitam
Bersama geram di nadiku

Tanah oh tanah tanahku
Beri baja ragaku
Kan ku terjang semua yang menghadang
Ke batas takdir yang ku punya

Koyak sudah semua yang ada
Terkoyak ke dasar sukmaku
Sendiri tergantung di gelap malam
Berakhirkah ku disini ?

Sirna kini kesombonganku
Terhempas berkali dan luka
Diterkam beku digerus badai
Tawarkan ku tuk menyerah

Api oh api apiku
Beri bara darahku
Kan kuterjang semua yang menghadang
Ke batas takdir yang kupunya

Tuhan oh Tuhan Tuhanku
Beri mata hatiku
Tetap kusadarkan Kau pelindung diriku
PadaMu ku berserah diri

^O^

Dari gunung ke gunung
Menembus kabut, lembah dan jurang
Melewati hutan pinus, melewati jalan setapak
Mendengar gesekan daun dan burung-burung
Menikmati aroma tanah dan segarnya udara
Jauh dari kebingungan sehari-hari

Aku dapat lepas teriak
Aku dapat bebas bergerak
Sambil menghangatkan tubuh pada api unggun
Lalu bersyukur atas semua ini
Ternyata masih ada tempat untuk kita berbicara
Walau lewat mata

Senangnya hati tak bisa aku gambarkan
Apalagi bila pagi datang menjelang
Dingin yang menembus tenda daging dan tulang
Perlahan tapi pasti mulai menghilang

Kita menari menyanyi sesuka hati
Lidah sang api memanggil-manggil Illahi
Allah maha besar... Allah yang terbesar

Dalam lingkaran diatas rumput yang damai
Mencari diri merambah sampai ke akar
Kalau berjumpa seringkali mengingatkan
Bagaikan cermin jernih yang tak ternoda

Kasihku.. ooo.. o...
Bila saja kau disampingku
Kasihku... ooo.. o...
Bila saja kau didekatku
Pasti akan kupeluk kamu
Dan kuucapkan
Selamat pagi sayang

3 Bulan

Tiga bulan lamanya kau dalam penjara
Teman
Seratus butir telur ayam di pasar
Hilang engkau ganyang

Palu keras bapak hakim berbunyi tegas
Terbayang
Bibir sumbing gigi rompal dapat kupastikan
Malang engkau kawan

Tiga bulan lamanya kah tuan ditahan
Nikmat benar
Seratus juta uang negara terbang melayang
Masuk kantong tuan

Palu kayu bapak hakim berbunyi pelan
Terdengar sumbang
Dalam rumah dalam penjara tiada beda
Coba bayangkan teman

Dalam rumah dalam penjara tiada beda
Coba bayangkan teman

Sunday, May 15, 2011

....

Sendiri... sendiri... slalu sendiri......
Mencari... mencari... slalu mencari......
Pada ruang... pada waktu......
Aku sudah datang......
Bertanya... bertanya... slalu bertanya......

Sunday, May 8, 2011

Bunga Surga

Wanita:
Cintaku kepadamu tak akan pernah layu
Bagaikan bunga surga yang segar selamanya

Pria:
Cintaku kepadamu ‘kan selalu bergelora
Bagai ombak samudera yang tidak pernah reda

Wanita:
Semoga yang kita ucapkan
Abadi dalam kenyataan

Pria:
Nanti pun kita membuktikan
Semua yang kita ucapkan

Wanita:
Cintaku kepadamu tak akan pernah layu
Bagaikan bunga surga yang segar selamanya

Wanita:
Walau seribu datang mengganggu
Cintaku tak akan layu
Walau sejuta datang menggoda
Cintaku tak ‘kan tergoyah

Pria:
Tak akan mampu satu rintangan
Menghalangi kita
Tak akan mampu satu fitnahan
Memecahkan kita

Rhoma Irama (film Raja Dangdut)

Wanita:
Rhoma Irama, penyanyi ternama
Rhoma Irama, namamu kupuja

Pria:
Ida, Ida, penggemar setia
Ida, Ida, senyummu menggoda

Wanita:
‘Ku yakin engkau tak tahu
Betapa ‘ku menyintai kamu

Pria:
‘Ku yakin engkau tak tahu
Betapa ‘ku menyintai kamu

Duet:
La-la-la, la-la-la, la-la-la-la
La-la-la, la-la-la, la-la-la-la

Wanita:
Rhoma Irama, namamu kupuja
Rhoma Irama, aku jatuh cinta

Pria:
Ida, Ida, senyummu menggoda
Ida, Ida, aku jatuh cinta

Saturday, May 7, 2011

Kereta Tiba Pukul Berapa

D Bm
Hilang sabar di hati dan tak terbendung lagi waktu itu
D Bm
Lama memang kutunggu kedatanganmu sobat karibku
A Bm
Datang telegram darimu dua hari yang lalu tunggu aku
G A D
Distasiun kereta itu pukul satu
D Bm
Kupacu sepeda motorku jarum jam tak mau menunggu maklum rindu
D Bm
Traffic light aku lewati lampu merah tak peduli jalan terus
A Bm
Didepan (muka) ada polantas wajahnya begitu buas tangkap aku
G A D
Tawar menawar harga pas tancap gas
G D A D
Sampai stasiun kereta pukul setengah dua
G D A D G A D
Duduk aku menunggu tanya loket dan penjaga kereta tiba pukul berapa
Bm A D G A D
Biasanya kereta terlambat dua jam mungkin biasa
( Biasanya kereta terlambat dua jam cerita lama )

Kemesraan

D G
Suatu hari, dikala kita duduk ditepi pantai
Em A D
Dan memandang, ombak dilautan yang kian menepi
D G
Burung camar, terbang bermain diderunya air
A G A D
Suara alam ini, hangatkan jiwa kita
D G
Sementara, sinar surya perlahan mulai tenggelam
Em A D
Suara gitarmu, mengalunkan melodi tentang cinta
D G
Ada hati, membara erat bersatu
A G A D
Getar seluruh jiwa, tercurah saat itu
G A D
Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu
G A D
Kemesraan ini, inginku kenang selalu
G A D
Hatiku damai, jiwaku tentram di samping mu
G A D
Hatiku damai, jiwa ku tentram bersamamu

Kembang Pete

C B/C Am Em F G C
Kuberikan padamu setangkai kembang pete tanda cinta abadi namun kere
C B/C Am Em F G C
Buang jauh-jauh impian mulukmu sebab kita tak boleh bikin uang palsu
C B/C Am Em F G C
Kalau diantara kita jatuh sakit lebih baik tak usah ke dokter
C B/C Am Em F G C
Sebab ongkos dokter disini terkait di awan tinggi
F G F C Am G F C
Cinta kita cinta jalanan, yang tegar... mabuk di persimpangan
F G F C Am G F C
Cinta kita cinta jalanan, yang sombong ... menghadang keadaan
C G F G C G F G C
Semoga hidup kita bahagia, semoga hidup kita sejahtera 2X
C B/C Am Em F G C
Kuberikan untukmu sebuah batu akik tanda sayang batin yang tercekik
C B/C Am Em F G F G C
Rawat baik-baik walau kita terjepit dari kesempatan yang semakin sempit

Jendela Kelas

G D C D G
Duduk dipojok bangku deretan belakang
G D
Di dalam kelas penuh dengan obrolan
C G
Slalu mengacau laju hayalan
G D C D G
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
G D
Dari sana pula aku mulai mengenal
C G
Seraut wajah berisi lamunan
G D C G D C
Musik Ni..... Ni..... Ni..... Ni..... Ni..... Ni.....

G D C D G
Bibir merekah dan merah selalu basah
G D
Langkahmu tenang kala engkau berjalan
C G
Tinggi semampai gadis idaman

Em D C Em D C
Kau datang membawa sebuah cerita
C G D G
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
D C G D G
Darimu itu pasti lagu ini tercipta

G D C D G
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
G D
Tembus pandang ke kantin berlalu rindu
C G
Datang mengetuk pintu hatiku

Jangan Bicara

D G D A D
Jangan bicara soal idealisme
G D A Bm G A
Mari bicara berapa banyak uang di kantong kita
Bm G D A Bm G D G
Atau berapa dahsyatnya ancaman yang membuat kita terpaksa onani

D G D A D
Jangan bicara soal nasionalisme
G D A Bm G A
Mari bicara tentang kita yang lupa warna bendera sendiri
Bm G D A Bm G
Atau tentang kita yang buta bisul tumbuh subur diujung hidung
A D G
Yang memang tak mancung

D G D A D
Jangan perdebatkan soal keadilan
G D A D
Sebab keadilan bukan untuk diperdebatkan
D G D A D
Jangan cerita soal kemakmuran
G D A G D G
Sebab kemakmuran hanya untuk anjing si Tuan Polan

Bm G D A D A D
Lihat di sana, si Urip meratap di teras marmer direktur Murtad
Bm G D A D G A D
Lihat di sana, si Icih sedih, di ranjang empuk waktu majikannya menindih
Bm G D A D A D
Lihat di sana, parade penganggur, yang tampak murung di tepi kubur
Bm G D A D A D
Lihat di sana, antrian pencuri, yang timbul sebab nasinya dicuri

D G D A D
Jangan bicara soal runtuhnya moral
G D A Bm G A
Mari bicara tentang harga diri yang tak ada arti
Bm G D A G D
Atau tentang tanggung jawab, yang kini dianggap sepi

Iya Atau Tidak

G Am Em Am G Am Em Am G Am Em Am G Am Em Am
Bi ca ra lah no na jangan mem bi su
G Am Em Am G Am Em Am G Am Em Am G F#/D G
Walau s'patah ka ta tentu ku de ngar
G Am Em Am G Am Em Am G Am Em Am G Am Em Am
Tambah senyum se dikit apasih susahnya
G Am Em Am G Am Em Am G Am G F#/D G
Malah se ma kin ma nis semanis tebu

C G C G C G F#/D G
Engkau tahu isi hatiku, semuanya sudah aku katakan
C G C G C G F#/D F#/D G Em
Ganti kamu jawab tanyaku, iya atau tidak itu sa ja
G Am Em Am G Am Em Am G Am Em Am G Am G F#/D G
Bila hanya diam aku tak tahu, batu juga diam kamu kan bukan batu
C G C G C G F#/D F#/D G
Aku tak cinta pada batu, yang aku cinta hanya ka mu

C G C G C G F#/D F#/D G
Jawab nona dengan bibirmu, iya atau tidak itu sa ja

G Am Em Am G Am Em Am G Am Em Am G Am G F#/D G
Tak aku pungkiri aku suka wanita, sebab aku laki-laki masa suka pria
C G C G C G F#/D G
Ow.. kuraslah isi dadaku, aku yakin ada kamu di situ
C G C G C G F#/D F#/D G
Jangan diam bicaralah, iya atau tidak itu sa ja

Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi

Em
Raung buldozer gemuruh pohon tumbang
C Em
Berpadu dengan jerit isi rimba raya
Em
Tawa kelakar badut-badut serakah
C Em
Tanpa HPH berbuat semaunya
D Em
Lestarikan alam hanya celoteh belaka
D C D
Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu..., oh mengapa.....

G C G
O o o o...... jelas kami kecewa
D Em
Menatap rimba yang dulu perkasa
B C G D G
Kini tinggal cerita, pengantar lelap si buyung

Em
Bencana erosi selalu datang menghantui
C
Tanah kering kerontang, banjir datang itu pasti
Em
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
C Em
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia
D Em
Lestarikan hutan hanya celoteh belaka
D C D
Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja

G C G
O o o o...... jelas kami kecewa
D Em
Mendengar gergaji tak pernah berhenti
B C G D G
Demi kantong pribadi, tak ingat rejeki generasi nanti

Izinkan Aku Menyayangimu

Am Em
Andai kau ijinkan walau sekejap memandang
F G
Kubuktikan kepadamu aku memiliki rasa

Am Em
Cinta yang kupendam tak sempat aku nyatakan
F G
Karena kau tlah memilih menutup pintu hatimu
Am Em
Ijinkan aku membuktikan inilah kesungguhan rasa
F G
Ijinkan aku menyayangimu

C Am F G
Sayangku… wo..wo..wo… dengarkanlah isi hatiku
C Am F G
Cintaku… wo..wo..wo… dengarkanlah isi hatiku

C
Bila cinta tak menyatukan kita
Am
Bila kita tak mungkin bersama
F G
Ijinkan aku tetap menyayangimu

Aku sayang padamu
Ijinkan aku membuktikan

Ibu

(*)
Am FM7 Am
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
FM7 Am/D E
Lewati rintang untuk aku anakmu
Am FM7 Am
Ibuku sayang masih terus berjalan
FM7 Am/D E Am
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah
Am/B C Am/D FM7 Am
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
C Am/D FM7 Am
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Int : Am Am/C Am/B

Am FM7 Am
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
FM7 Am/D E Am
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Am/B C Am/D FM7 Am
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
C Am/D FM7 Am
Dengan apa membalas...ibu...ibu....
Int : Am FM7 Am7 Am/D
Am C C/B

kembali ke (*)

Hio

Em G A
Hio..........
Aku tak mau terlibat segala macam tipu menipu
Aku tak mau terlibat segala macam omong kosong
Aku mau wajar-wajar saja, aku mau apa adanya
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau terlibat persekutuan manipulasi
Aku tak mau terlibat pengingkaran keadaan
Aku mau jujur-jujur saja, bicara apa adanya
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Hio... hio... hio.. hio hio...... 2x
O... o... o....... 2x
(mulane dulur ayo dijogo omongane.....)

Aku tak mau bicara yang aku sendiri tidak tau
Aku tak mau mengerti kenapa orang saling mencaci
Aku mau sederhana, mau baik-baik saja
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau kehilangan akal sehat di pikiranku
Aku tak mau menyaksikan orang yang dihinakan
Aku hanya tau, bahwa orang hidup agar jangan mengingkari hati nurani
Hio... hio... hio.. hio hio...... 2x
O... o... o....... 2x

Aku mau wajar-wajar saja, aku mau apa adanya
Aku mau jujur-jujur saja, bicara apa adanya
Aku mau sederhana, mau baik-baik saja
Aku hanya tau, bahwa orang hidup agar jangan mengingkari hati nurani
Hio... hio... hio.. hio hio...... 2x
O... o... o....... 2x