Wednesday, October 19, 2011

Rajawali

Satu sangkar dari besi, kasa kasar pada hati
Tidak merubah rajawali, menjadi burung nuri
Rajawali...... Rajawali......

Satu luka perasaan, maki puji dan hinaan
Tidak merubah sang jagoan, menjadi makhluk picisan
Rajawali...... Rajawali...... Rajawali...... Rajawali......

Burung sakti di angkasa, lambang jiwa yang merdeka
Pembela kaum yang papa, penggugah jiwa lara
Rajawali...... Rajawali...... Rajawali...... Rajawali......

Jiwa anggun teman sepi, jiwa gagah pasti diri sejati
Bertahan pada godaan, prahara atau topan, keberanian...
Setia kepada budi, setia pada janji, kegagahan...
Menembus kabut malam, menguak cadar fajar
Mendatangi matahari, memberi inspirasi
Mendaki... mendaki... meninggi... meninggi...
Bersemi... bersemi... mendaki... mendaki...

Pulanglah

G
Padi menguning tinggal di panen
Bm
Bening air dari gunung
C G C G
Ada juga yang kekeringan karna kemarau…
G
Semilir angin perubahan
Bm
Langit mendung kemerahan
C G C G
Pulanglah kitari lembah.. persawahan…
G
Selamat jalan pahlawanku
Bm
Pejuang yang dermawan
C G C G
Kau pergi saat dibutuhkan… saat dibutuhkan
C G/B Am G
Keberanianmu mengilhami jutaan hati
C G/B Am Bm
Kecerdasan dan kesederhanaanmu jadi impian
C G/B
Pergilah pergi… dengan ceria…
C G/B
Sebab kau tak… sia-sia…
C G/B
Tak sia-sia… tak sia-sia…
C G/B
Pergilah kau… pendekar…
G C G C
Satu hilang seribu terbilang
G C G C
Patah tumbuh hilang berganti
G C G C
Terimalah sekedar kembang dan do’a-do’a
G C G C G G C
Suci… sejati… suci… sejati

Pulang Kerja

Kucing Hutan, Ibu dan Anak “Berang-Berang”
Tikus Salju dan Harimau Kumbang berwarna cokelat
Mereka berkelahi untuk kehidupan
Yang aku rasakan adalah keseimbangan
Kucing hutan lari karena kalah berkelahi
Ibu “Berang-Berang” pulang ke rumah
Kucing hutan bertemu tikus salju
Ibu “Berang-Berang” bercanda dengan anak-anaknya
Karena lapar kucing hutan menerkam tikus salju
Tikus salju malah mendapatkan teman
Kucing hutan yang gagal… gagal lagi
Tikus salju biasa saja… sudah nasibnya selamat

Dari balik bukit kaki cemara
Aku melihat mulut harimau berlumuran darah
Kucing hutan yang gagah, ia terkapar..akhirnya mati
Sudah takdir harimau datang “Berang-Berang”
Tetapi “Berang-Berang” sudah pulang
Sementara tikus salju entah pergi kemana
Harimau pun kesepian
Aku terkesima 3 x terkesima…
Duhai langit, duhai bumi, duhai alam raya…
Kuserahkan ragaku padamu…
Duhai ada, duhai tiada, duhai cinta…
Ku percaya…

Puisi Gelap

Langit gelap
Jutaan gagak hitam memenuhi langit
Datang dari goa-goa yang gelap dan lembab
Dari padang yang kering tandus
Merentang sayap berputar-putar mengerikan
Suaranya melengking menyayat
Amarah yang terpendam, amarah tertahan
Gentayangan bagai mayat bangun dari kuburan
Karena neraka pun tak mau menerima

Gerhana matahari, gerhana hidup
Mereka menutupi cahaya matahari
Memakan bangkai dari apa saja yang tersisa
Hinggap diatas tanah, diatap rumah
Didahan-dahan pohon yang mati dan kering
Mengintai mangsa, menanti bangkai temannya sendiri
Yang mati kelaparan

Bau bangkai menyengat dimana-mana
Saling menerkam diantara mereka sendiri
Sekedar bertahan dari kematian
Yang segera datang menjemput

Tak ada cahaya matahari
Tak ada cahaya kehidupan
Tak ada apa-apa
Hanya ada ketegangan dan keganasan
Ketegangan yang mengandung bencana

Gagak-gagak terus berputar semakin banyak
Marah pada apa
Marah pada siapa
Marah pada marah yang tak terlampiaskan

Sampai pada saatnya nanti
Mereka jatuh terkapar dan mati
Tapi dimana cahaya kehidupan
Tak ada yang tahu
Hanya ada jutaan bangkai gagak
Berserakan berbau amis dan busuk
Aah..bau busuk kehidupan
Menyusup menebar kesudut-sudut kota
Dan kita menghisapnya

Puing 2

Em F#/D G C F#/D G Am G F Em D Em
Perang-perang lagi semakin menjadi, berita ini hari berita jerit pengungsi
Em F#/D G C F#/D G
Lidah anjing kerempeng, berdecak keras beringas
Am G F Em D Em
Melihat tulang belulang, serdadu boneka yang malang
Em F#/D G C F#/D G
Tuan tolonglah tuan, perang dihentikan
Am G F Am D Em
Lihatlah di tanah yang basah, air mata bercampur darah
Em F#/D G C F#/D G
Bosankah telinga tuan, mendengar teriak dendam
Am G F Em D Em
Jemukah hidung tuan, mencium amis jantung korban
D Am C G Am
Jejak kaki para pengungsi, bercengkrama dengan derita
Em F Em
Jejak kaki para pengungsi, bercerita pada penguasa, bercerita pada penguasa

Bm C
Tentang ternaknya yang mati
Bm C
Tentang temannya yang mati
Bm C
Tentang adiknya yang mati
Bm C
Tentang abangnya yang mati
Bm C
Tentang ayahnya yang mati
Bm C
Tentang anaknya yang mati
Bm C
Tentang pacarnya yang mati
Bm C
Tentang istrinya yang mati
Bm C
Tentang ibunya yang mati
Bm C D G
Tentang harapannya yang mati

Em F#/D G C F#/D G
Perang-perang lagi mungkinkah berhenti
Am G F Em D Em
Bila setiap negara berlomba dekap senjata
Em F#/D G C F#/D G
Dengan nafsu yang makin menggila nuklir bagai dewa
Am G F Em D Em
Nampaknya sang jendral bangga di mimbar ia berkata,
Bm C Bm C Bm C Bm C
Untuk perdamaian, demi perdamaian, guna perdamaian, dalih perdamaian
Bm C Bm C Bm C
Mana mungkin, semua bisa terwujudkan, semua hanya alasan
Bm C
Semua hanya bohong besar...

Puing 1

C G Am
Puing berserakan di seluruh penjuru… bekas pertempuran
C G Am F G C
Bau amis darah sisa asap mesiu sesak nafasku

Am G Am G
Mayat-mayat bergeletakan tak terkubur dengan layak
F C
Dan burung-burung bangkai menatap liar
F C
Dan burung-burung bangkai berdansa senang

C G Am
Di ujung sana banyak orang kelaparan,
C G
Ujung lainnya wabah busung menyerang
C G Am
Di sudut sana banyak orang kehilangan
C G
Sudut lainnya bayi bertanya sumbang
F G C F G C
Mama kapan ayah pulang, mama sebab apa perang

Am G Am G Am F Dm Am
Banyak jatuh korban dari mereka yang tak mengerti apa-apa
F G C
Suara tangis terdengar dari bekas reruntuhan,
Em Am
Seorang ibu muda yang baru melahirkan,
Em Am G F C
Lama meratapi sesosok tubuh mayat suaminya
F C
Dan burung-burung bangkai menatap liar
F C
Dan burung-burung bangkai berdansa senang

C G Am
Tinggi peradaban tehnologi berkembang
C G
Senjata hebat terciptakan
C Am
Sarana pembantaian smakin bisa diwujudkan
F G C
Oh ... mengerikan .....


Em Am
Berhentilah jangan salah gunakan
E Am G
Kehebatan ilmu pengetahuan
F G C
Untuk menghancurkan

F C
Dan burung-burung bangkai menatap liar
F C
Dan burung-burung bangkai berdansa senang

Proyek 13

Meskipun kurang paham tentang radiasi
Meskipun kurang paham tentang uranium
Meskipun kurang paham tentang tektonium
Kutahu radioaktif panjang usia
Aku tak tahu sampahnya ada dimana
Aku tak tahu pula cara menyimpannya
Aku tak yakin tentang pengamanannya
Karena kebocoran pun ada di sana
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi

Aku menolak akal yang tanpa hati
Aku menolak teknologi tanpa kendali
Aku tak mau memejamkan masa depan
Demi listrik sedikit banyak keluwatan
Sama sekali ku tak mampu teknologi
Tapi aku lebih percaya pada hati
Aku tahu listrik penting buat industri
Tapi industri jangan ancam masa depan

Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oo.. apa yang sesungguhnya sedang terjadi

Potret 2

Melihat anak-anak kecil berlari-larian
Di perempatan jalan kota-kota besar
Mengejar hari yang belum dimengerti
Sambil bernyanyi riang menyambut resiko
Melihat anak-anak sekolah berkelahi
Di pusat keramaian kota-kota besar
Karena apa tak ada yang mengetahui
Sementara darah yang keluar bertambah banyak
Melihat anak-anak muda di ujung gang
Berkelompok tak ada yang dikerjakan
Selain mengeluh dan memanjakan diri
Hari esok bagaimana besok
Mendengar orang-orang pandai berdiskusi
Tentang kesempatan yang semakin sempit
Tentang kemunafikkan yang kian membelit
Tetapi tetap saja tinggal omongan
Merasa birokrat bersilat lidah
S'perti tukang obat di jalanan
Mencoba meyakinkan rakyat
Bahwa di sini seperti di surga
Tak adakah jalan ke . . . . . luar ?????

Potret 1

Orang-orang resah berlomba kejar nafkah
Demi anak bini, demi sesuap nasi
Kuno kuno memang, memang memang kuno
Namun kenyataan kita butuh soal itu

Uang di mana uang, nasi di mana nasi 2x

Seperti binatang bila lapar menerjang
Seperti kereta nafasnya terdengar
Lidahnya terjulur syahwatnya siap tempur
Soal harga diri sudah tak berarti

Uang di mana uang, nasi di mana nasi 2x

Pergi kau! Jangan nasehati aku wo..ya!
Pergi kau! Aku mau uangmu wo..ya!
Pergi kau! Jangan menggurui aku wo..ya!
Pergi kau! Aku mau nasimu wo...!!!

Anak-anak kecil tengadahkan tangan
Mainkan tambourine gapai masa depan
Tanah lahirku, aku cinta kau
Bumi darahku, aku cium kau

Potret Panen + Mimpi Wereng

Panen tiba, petani desa memetik harapan
Bocah-bocah, berlari lincah di pematang sawah

Padi menguning lambai berjuta ramai dituai
Riuh berlagu lesung bertalu, irama merdu

Senja datang mereka pulang membawa harapan
Pesta pora lama di lumbung, nyanyikan tralala

Malele tempura ru menyambut tubuh
Penat raga syaraf peluh luruh

Mata belum sempat pejam, terbayang cemas
Kaum hama semakin mengganas

Saturday, October 8, 2011

Politik Uang

D C#m D C#m
Boleh saja partai ribuan jumlahnya, tapi yang menang yang punya uang
D C#m D C#m
Seorang cepek ceng sudah bisa jadi presiden, begitulah cerita yang berkembang

D C#m D C#m
Gontok-gontokan sudah nggak musim, adu doku ini yang ditunggu-tunggu
D C#m D C#m
Pemilu tempat berpestanya uang palsu, habis kalau nggak gitu nggak lucu

A C#m G Bm
Program-program berseliweran, seperti dongeng jaman kecil dulu
A C#m G Bm
Walau ternyata hanya ngibul doang, tapi kampanye bikin hati senang
A C#m G Bm
Bul... kibul... tak kibul kibul, kibul diadu demi perkibulan
A C#m G Bm
Ini sudah dari jaman baheula, dari jaman raja-raja sampai sekarang
E F#m B E
Uang adalah bahasa kalbu, santapan rohani para birokrat
C#m F#m B E
Tentu saja tidak semuanya, tapi yang pasti banyak yang suka
E F#m B E
Jangan heran korupsi menjadi-jadi, habis itulah yang diajarkan
C#m F#m B E B
Ideologi jadi komoditi, bisa diekspor ke luar negeri

E F#m B E
Uang adalah bahasa kalbu, santapan rohani rakyat dan wakil rakyatnya
C#m F#m B E
Tentu saja tidak semuanya, tapi yang pasti banyak yang suka
E F#m B E
Jangan heran korupsi menjadi-jadi, habis itulah yang diajarkan
C#m F#m B E B
Ideologi jadi dagangan, bisa diekspor ke luar negeri

Pohon Untuk Kehidupan

Hari baru datang menjelang
Kehidupan terus berjalan
Pohon-pohon jadikan teman
Kehidupan agar tak berhenti

Bukalah hatimu
Rentangkan tanganmu
Bumi luas terbentang

Satukan hati
Tanam tak henti
Pohon untuk kehidupan

Dihatiku ada pohon
Dihatimu ada pohon
Pohon untuk kehidupan
Tentram dan damai

Hidup rukun saling percaya
Hijau rindang sekitar kita
Andai esok kiamat tiba
Tanam pohon jangan ditunda

Terus tanam jangan berhenti
Alam lestari
Hidup tak bakal berhenti
Hay…hay.. hay.. hay.. hay.. hay.. hay… 2x

Pinggiran Kota Besar

Pinggiran kota besar nafasmu begitu hingar
Kudengar dari sini bagai nyanyian nyamuk
Cerobong asap pabrik berlomba ludahi langit
Barisan mobil besar gelisah angkut barang
Ada kabar engkau tuli

Pinggiran kota besar kulihat tidur mendengkur
Di ranjang banyak orang peduli kau bermimpi
Selagi cumbu nyenyak asyiknya buang kotoran
Lukai hari kami cemari hati ini
Ada kabar engkau buta

Sungai kotor bau dan beracun penuh limbah kimia
Kita mandi mencuci disana lihatlah... lihatlah...

Ikan-ikan pergi atau mati tak kulihat yang pasti
Kau yang tidur bangunlah segera lihatlah... lihatlah... Tuan... !

Telanjang anak kecil berenang di sungai yang kotor
Tertawa riang bercanda sambil menggaruk koreng
Pinggiran kota besar merasa tidur terganggu
Beranjak dari ranjang tutup pintu jendela... tutup pintu jendela...

Hitam kaliku, hitam legam hatiku
Legam hariku, legam hitam kaliku
Hitam kaliku, hitam legam hatiku
Legam hariku, legam hitam kaliku

Pie-Pie

Koyo ngene rasane
Dadi wong ora duwe
Ngalor ngidul di ece
Karo kancane dewe

Pie pie pie

Ora wero
Pie pie pie pie pie
Ora ngerti

Pie pie pie

Ora wero
Pie pie pie pie pie
Ora ngerti

PHK

Bm
Lelaki renta s'tengah baya, geram di trotoar jalan
Saat panas tikam kepala, seorang buruh disingkirkan
Bising mesin menyulut resah, masih bisa engkau pendam
Canda anak istri di rumah, bangkitkan kau untuk bertahan
E A Bm
Oh ya ya, oh ya ya, oh ya...
Oh ya ya, oh ya ya, oh ya...
Bm
Pesangon yang engkau kantongi, tak cukup redakan gundah
Tajam pisau kepalan tangan, antar kau ke pintu penjara
E A Bm
Oh ya ya, oh ya ya, oh ya...
Oh ya ya, oh ya ya, oh ya...
D A G Bm
Sedanau nanah dari matamu, tak mampu jatuhkan hati mereka
D A G Bm
Serimba luka di dalam jiwa, juga tak berarti
E F#m G F#m E Bm
Hitam benak, kini mulai akrab
E F#m G F#m E Bm
Hitam benak, isi hari-harimu
G F#m Bm
Kau tafakur di jeruji pengap
G F#m Bm
Kau menjerit coba melawan

Pesawat Tempurku

A
Waktu kau lewat aku sedang mainkan gitar
F#m E A
Sebuah lagu yang kunyanyikan tentang dirimu
A
Seperti kemarin kamu hanya lemparkan senyum
F#m E A
Lalu pergi begitu saja bagai pesawat tempur
A
Hei...kau yang manis singgahlah dan ikut bernyanyi
F#m E A
Sebentar saja nona..sebentar saja hanya sebentar
A
Rayuan mautku tak membuat kau jadi galak
F#m E D A
Bagai seorang diplomat ulung engkau mengelak
F#m E F#m B
Kalau saja aku bukanlah penganggur sudah kupacari kau
F#m E
Jangan bilang tidak ... bilang saja iya...
D B E
Iya lebih baik daripada kau menangis
A A7
Penguasa...penguasa...berilah hambamu uang 2x
D A
Beri hamba uang, beri hamba uang
A
Oh..ya andaikata dunia tak punya tentara
F#m E A
Tentu tak ada perang yang banyak makan biaya
A
Oh...ya andaikata dana perang buat diriku
F#m E A
Tentu kau mau singgah bukan cuma tersenyum

F#m E
Kalau hanya senyum yang engkau berikan
F#m B
Westerling pun tersenyum
F#m E
Oh...singgahlah sayang ...pesawat tempurku
D B E
Mendarat mulus didalam sanubariku

Monday, October 3, 2011

Perjalanan Waktu

Pagi telah datang, matahari datang
Jelata lewati hari
Bersetubuh dengan waktu
Wajah-wajah legam
Matanya membara
Membakar bayangan palsu
Peti mati di atas langit

Oh...mereka dihantam kenyataan
Oh...mereka teriak!

Orang-orang kalah, tak bisa bicara
Tanyakan pada dunia
Benarkah mereka kalah
Benarkah mereka kalah

Menanti batas, batas segala yang tidak ada batasnya
Menanti akhir, akhir segala yang tidak ada akhirnya
Waktu berlalu, waktu berpacu

Doa-doa apa saja
Caci-maki apa saja..........

Perjalanan

Hari Telah Jauh Siang
Ketika Baru Datang
Lama ku DiPerjalanan
Hampir Sembilan Jam Berada
Di Bis Tua Sialan

Pergi Pukul Tiga Malam
Berjejalnya Penumpang
Duduk Disampingku Seorang
Nenek Yang Tak Mau Diam

Panas Kuping Pantat Pegal
Ingin Kencing Malu Bilang
Bau Bensin aku Mual
Nenek Muntah Banyak Benar

Perempuan Malam

D
Perempuan malam mandi di kali buih-buih busa shampo ketengan
Diatas kepala lewat kereta yang berjalan lamban nakal menggoda
C G C D
Disambut tawa renyah memecah langit dengus kereta semakin genit
D
Semua noda coba dibersihkan namun masih saja terlihat kotor
Karena kereta kirimkan debu yang datang tak mampu ia tepiskan
C G C D
Perempuan malam kenakan handuknya setelah usap seluruh tubuhnya

A D A D
Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari
A D A Bm
Keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat
G D G D
Segelas kopi sebatang rokok segurat catatan yang tersimpan
G D A
Perempuan malam menunggu malam untuk panjangnya malam
Bm G A
o... o... o...
D
Perempuan malam diikat tali di hidup, di mimpi, di hatinya
Aku hanya lihat dari jembatan tanpa mampu untuk melepaskan
C G C D
Perempuan malam di pinggir jerami nyanyikan doa nyalakan api
C G C D
Perempuan malam di pinggir jerami nyanyikan doa nyalakan api

Percayalah Kasih (Versi 2)

Engkau datang saat bintang-bintang ramah tersenyum
Malampun terasa hangat, kurasa ini didalam hati
Percayalah

Engkau datang saat diriku terhempas sendiri
Dalam belaian angin malam diriku bertanya dalam hati
Salahkah daku

Hadirlah kau kala diriku tak mampu berfikir
Senyummu membawa damai
Segala rasa gundah dihati
Menghilang pergi

Kisah antara dua manusia yang dilanda cinta
Tak mungkin selalu berada digaris bahagia

Tak terasa begitu cepat waktu berlalu
Buahkan cerita indah
Haruskah kuhancurkan
Mimpi-mimpi yang hampir menjelma nyata

Tak kusangka
Engkau yang biasanya diam pasrah
Ternyata mampu berkata :
"Pergilah kau pergi dari sisiku, lupakan aku"

Maaf kasih
Sudah terlalu lama kita saling dusta
Maaf kasih
Tak mungkin kubertahan, semoga kau mengerti

Tak ada yang harus disesali
Segala yang terjadi
Terkadang didalam hidup ini
Kau dibuai ilusi dan mimpi

Walau ku tak mau semua ini terjadi
Hatiku ternyata tak mampu
Memaksakan suatu perasaan diri
Yang terkadang bimbang dan ragu
Pintaku padamu semoga kau mengerti
Perasaan ini

Perahu Retak

Em D Em
Perahu negeriku, perahu bangsaku, menyusuri gelombang
Em D Em
Semangat rakyatku, kibar benderaku, menyeruak lautan
D Em
Langit membentang, cakrawala didepan
D Em
Melambaikan tantangan
Em D Em
Diatas tanahku, dari dalam airku, tumbuh kebahagiaan
Em D Em
Di sawah kampungku, di jalan kotaku, terbit kesejahteraan
D Em D Em
Tapi ku heran di tengah perjalanan, muncullah ketimpangan

C G D C G
Aku heran, aku heran, yang salah dipertahankan
C G D C G
Aku heran, aku heran, yang benar disingkirkan

Em D Em
Perahu negeriku, perahu bangsaku, jangan retak dindingmu
Em D Em
Semangat rakyatku, derap kaki tekadmu, jangan terantuk batu
D Em D Em
Tanah pertiwi, anugerah illahi, jangan ambil sendiri
D Em D Em
Tanah pertiwi, anugerah illahi, jangan makan sendiri

C G D C G
Aku heran, aku heran, satu kenyang sribu kelaparan
C G D C G
Aku heran, aku heran, keserakahan diagungkan
C G D C G
Aku heran, aku heran, yang salah dipertahankan
C G D C G
Aku heran, aku heran, yang benar disingkirkan

Pengamen

Permisi tuan-tuan
Ini suara pengamen yang bisa rekaman

If you know me
If you know me
Ladies and gentleman ( baby )
Kulo niki urip saking hasil ngamen
Tenan mas

And biasa parkir
And biasa parkir
Dulunya di proyek Senen ( asoy )
Waktu Malari ngungsi ke blok M
Waktu Malari terpaksa ngungsi ke blok M

Cita cita sih dulu ane kepengen
Jadi mentri atau presiden ( teksi )
Pasti punya gedong di bilangan Menteng
Eh mana tahan

Kagak kesampean ane pengen njajal
Jadi pengawas kendaraan.. (ini die)
Sekali semprit duit orang melayang
Sekali semprit duit orang melayang
Parkiran tuan

Dasar sial nasib ane
Masih kepengen main kucing kucingan ( baby )
Terpaksa demi hidup beta ngamen
Oho di jalanan ( ya Tuhan )

Eh kok ada bandit bandit
Yang bisa lolos dari tahanan ( gile )
Mungkin si Ipir dan si Hansoy
Asik ngintipin orang pacaran

Ai mohon sorry
Ai mohon sorry
Hadirin serta para pendengar dimana saja berada
Kalau tersinggung
Jangan hamba jadi sasaran ( kasihan )

Bisa berabe om
Bisa berabe
Ini muka kalau masuk kurungan
Pasti berantakan kena bogem tuan
Pasti berantakan kena bogem tuan

Hei memang sial hidup bujangan
Kalau masih jadi pengangguran
Jangankan mau pacaran
Eh buat makan duit juga musti pas pasan

Eh pernah gua ngamen di restoran
Yang makan cuek malah gua diusir sama gonggongan anjing sialan
Tapi untungnya waktu ada anak kecil liwat
Dia iseng malah dia baek ngasih gua duit jigoan

Eh jangan cengengesan
Jangan cengengesan
Sori mulut gue udah kesemutan
Tangan capek eh eh kantong minta sokongan

Yah kalau sudi tuan tuan
Tuan yang dermawan
Berilah sumbangan
Asal cukup buat ongkos hari tua
Eh lumayan gua udah bisa rekaman
Kamsiah..

Penari Jalanan

Berbedak dan bergincu
Menutupi mukanya yang berkerut
Selendang biru dipundaknya
Melengkapi dandanannya
Seorang penari jalanan

Menawarkan senyumnya
Pada orang yang melingkarinya
Menari dan menyanyi
Diiringi gamelan tua
Sementara anaknya tertidur dibuai lagu ibunya

Penari jalanan yang terbuang di jalanan
Menari dan menyanyi setiap malam
Keringat menghapus bedakmu
Tinggallah wajah yang tua
Di remangnya sinar lampu

Ketika anaknya terbangun
Dilihat ibunya masih menari
Lalu dia tertidur kembali
Berjanji pada diri sendiri
Kelak untuk menggantikan ibunya

Penari jalanan yang terbuang di jalanan
Menari dan menyanyi setiap malam
Keringat menghapus bedakmu
Tinggallah wajah yang tua
Di remangnya sinar lampu